Sabtu, 09 Juni 2012

JUDUL PROPOSAL PENELITIAN



Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan Muhammadiyah
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA  DAN ILMU PEMERINTAHAN
Jl. Stn. Mohd. Arif No. 32 Padangsidimpuan 22716 Telp. (0634) 21696

 


Usulan Permohonan Judul Penelitian dan Pembimbing

Nama                                       :  Ervina Roito Julianthi Hsb
N PM                                       :  080210.0217
Program Studi                           :  Ilmu Administrasi Negara 

A.      Rencana Topik Penelitian         :
1.    STUDI TENTANG PELAYANAN BIDANG TANAMAN PANGAN DI DINAS PERTANIAN, TANAMAN PANGAN DAN HOLTIKULTURA KABUPATEN TAPANULI SELATAN
2.    IMPLEMENTASI PEMUNGUTAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN
3.    IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN AIR MINUM KOTA PADANGSIDIMPUAN DALAM MENANGANI KELUHAN MASYARAKAT
4.     


B.       Usulan Dosen Pembimbing       :
1.        Pembimbing I                   :  Hj. Syulhennisari Siregar, S.Sos, S.Pd, M.AP
2.        Pembimbing II                 :  Drs. Zakaria Batubara
                                                                
1.        Pembimbing I                   :  Drs. Effan Zulfiqar, M.Si
2.        Pembimbing II                 :  Soritua Ritonga, S.Sos, M.AP


Padangsidimpuan,  03 Januari 2012




Ervina Roito Julianthi Hsb
NPM : 080210.0217

                                                                                                                          
Ketua Program Studi,




Nurhamidah Gajah, M.AP
NIDN : 0129118101




PROPOSAL PENELITIAN


PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK–TALK– WRITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI KELAS VIII
SMP NEGERI 6 SIABU TAHUN
PELAJARAN 2011-2012

Proposal Penelitian
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Untuk  
Seminar Proposal Penelitian 


Oleh

ABDULLAH
NPM : 080210.0001
Program Studi : Pendidikan Matematika 





 


 



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN
PADANGSIDIMPUAN
2012  







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan  juga dapat mempengaruhi perkembanan sumber daya manusia (SDM) baik dalam aspek kepribadian maupun aspek kehidupan. Penelitian memiliki kemampuan dalam mengembangkan berbagai potensi secara optimal, yaitu perkembangan individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik, intelektual, emmosional, sosial dan spiritual sesuai dengan tahap perkembangan karakteristik lingkungan fisik dan sosial budaya dimana dia hidup.
Dalam rangka melaksanakan pembangunan di suatu negara, kegiatan pendidikan tidak bisa diabaikan. Masa depan suatu negara sangat ditentukan oleh bagaimana negara itu memperlakukan pendidikan. Yang melakukan pendidikan ujung tombaknya adalah guru. Oleh sebab itu guru yang berkualitas akan melahirkan pendidikan yang berkualitas dan pada gilirannya akan menghasilkan manusia yang berkualitas. Namun kenyataannya yang  terlihat sekarang adalah  mutu pendidikan kita masih sangat ”sakit”, bahkan di bawah negara yang baru merdeka. Salah satunya terlihat dari Indikator Human Development Index (HDI) Indonesia diantara 178 negara, pada tahun 2007 negara kita masih berada diperingkat 108.
(Martinis & Bansu, 2008:2)
Suatu realita yang dijumpai di kelas, ketika berlangsung proses belajar mengajar, nampak sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru mengajar. Selama proses pembelajaran guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga masih banyak siswa yang belum mampu mencapai kompetensi individual yang  diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu mempelajari fakta, teori dan gagasan lainnya pada tingkat ingatan. Mereka belum dapat menggunakan dan menerapkan secara efektif.
Kalau masalah ini dibiarkan dan berlanjut terus, maka generasi penerus bangsa kita akan sulit bersaing dengan generasi penerus yang datang dari berbagai negara lain. Untuk itu rantai panjan yang  merupakan preseden buruk dunia pendidikan kita harus diputuskan melalui perubahan paradigma pembelajaran, yaitu dari teacher centered beralih ke student centered termasuk pembelajaran matematika.
Matematika merupakan ilmu yang sangat penting dipelajari, karena matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga diperguruan tinggi. Matematika juga merupakan sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, analitis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Hal ini sejalan dengan pendapat Cockroft dalam Abdurrahman yang menyatakan bahwa:
“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi  yang kuat, singkat dan jelas (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran, keruangan dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.” 
(Abdurrahman, 2009:253)
Dari kutipan tersebut, dapat dikatakan bahwa matematika memegang peranan penting dalam pendidikan, dan menuntut penalaran dan pemahaman konsep bukan semata-mata hanya menghapal karena matematika serba kompleks dan memerlukan kemampuan berpikir untuk menganalisanya. Untuk itu seorang guru matematika perlu memilih strategi pembelajaran yang tepat pada saat menyampaikan.
Mengamati tujuan pembelajaran matematika, sudah sepantasnya pembelajaran yang berpusat pada guru dirubah ke arah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada guru menganut paradigma tranfer of knowledge  yang beranggapan bahwa siswa merupakan objek atau sasaran belajar, sehingga dalam proses pembelajaran berbagai usaha lebih banyak dilakukan  oleh guru, mulai dari mencari, mengumpulkan, memecahkan dan menyampaikan informasi yang dibutuhkan agar peserta didik memperoleh pengetahuan.
Ruseffendi dalam Bansu, Ansari mengemukakan bahwa: “Bagian terbesar dari matematika yang diperoleh siswa di sekolah tidak diperoleh melalui eksplorasi matematika, tetapi melalui pembelajaran.”
(Bansu, Ansari, 2009:2)
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ilmu matematika yang diperoleh siswa di sekolah diperoleh melalui pemberitahuan bukan dengan pengolahan matematika yang menuntut adanya penalaran dan pemahaman konsep, sehingga pembelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif dan siswa tidak dapat menggunakan kemampuannya secara optimal dalam menyelesaikan masalah matematika.
Salah satu pembelajaran yang dapat mendorong siswa agar dapat meningkatkan kualitas intelektualnya adalah dengan pembelajaran matematika bermakna. Disini siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui sesuatu tetapi juga belajar memahami permasalahan yang ada. Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi tetapi sebagai pendorong siswa belajar agar dapat mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya melalui berbagai aktifitas seperti pemecahan masalah, kemampuan berpikir dan komunikasi.
Dari hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika di SMP N 6 Siabu, diperoleh beberapa kekurangan yaitu, guru masih menerapkan model pembelajaran tradisional yang pada tahap pelaksanaannya dimulai dari menjelaskan materi, menyuruh siswa menurunkan rumus dari buku yang dilanjutkan dengan latihan soal, sehingga pembelajaran yang berlangsung hanya interaksi antar siswa dan guru sedangkan interaksi antar siswa dengan siswa masih kurang. Proses pembelajaran seperti di atas cenderung didominasi oleh guru, siswa kurang diberikan kesempatan untuk memikirkan dan mengembangkan konsep diri serta mengembangkan kemampuan berpikirnya sehingga kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kurang berkembang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru menganggap siswa sebagai objek atau sasaran berlajar, sehingga dalam proses pembelajaran berbagai usaha lebih banyak dilakutkan oleh guru, mulai dari mencari, mengumpulkan, memecahkan dan menyampaikan informasi yang ditunjukkan agar peserta didik memperoleh pengetahuan. Kurangnya kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dalam pembelajaran matematika dapat dilihat dari hasil tes diagnostik yang diujikan kepada siswa Kelas VIII SMP Negei 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011/2012. Pada pokok bahasan lingkaran menunjukkan bahwa: dari 37 orang siswa, dalam satu kelas diperoleh data dengan kriteria sangat baik 0%, kriteria baik 13, %, kriteria cukup 21,6%, kriteria kurang 43,2% dan kriteria sangat kurang 21,6%. Salah satu soal yang diberikan kepada siswa sebagai tes diagnostik yaitu: Pak Banda berjalan mendorong gerobak buburnya sehingga rodanya berputar sebanyak 100 kali.  Berapakah panjang lintasan roda gerobak jika diameter rodanya 1,4 m (dengan π = ).

Dik      :  Diameter roda = 1,4 m
               Banyak putaran roda = 100 kali
Dit       : Panjang lintasan roda gerobak ?
Cara – 1 
Langkah pertama menentukan keliling roda:
K = πd
    =  x 1,4 m
   = 4,4 m
Langkah kedua menentukan panjang litantasan = keliling roda x banyak putaran
    = 4,4 m x 100 kali 
    = 440 m 

Jadi, panjang lintasan roda gerobak adalah 440 m
Cara ke – 2
Langkah pertama menentukan
keliling roda. Karena diameter = 1,4 m
maka r = ½ d  = ½ x 1,4 m
=  0,7 m
K = 2 πr 

  
  = 2 x  x 0,7
    = 4,4 m
 Langkah kedua menentukan panjang litantasan = keliling roda x banyak putaran
    = 4,4 m x 100 kali 
                 = 440 m

Dari hasil tes diagnostik di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematika siswa masih rendah. Untuk itu sangat dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang dapat menggali potensi siswa, meningkatkan interaksi dan keaktifan siswa yang  pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah dengan menerapkan strategi yang lebih cocok dilakukan oleh guru. Strategi pembelajaran yang sebaiknya digunakan adalah strategi pembelajaran Think – Talk – Write. Dimana strategi ini dapat menumbuhkembangkan kemampuan berpikir siswa. Menurut  Yamin, M dan Ansari, I.B bahwa:
“Suatu aktivitas yang diharapkan dapat diterapkan untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir atau kemampuan pemahaman dan komunikasi matematika siswa  yaitu dengan menerapkan strategi pembelajaran Think – Talk – Write. Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughun menyebutkan alasan bahwa strategi pembelajaran Think – Talk – Write ini membangun secara mengorganisasikan ide-ide serta mengetes ide tersebut sebelum siswa diminta untuk menulis”.
(Martinis & Bansu, 2008:85)
Dalam hal ini strategi pembelajaran Think – Talk – Write merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat dikembangkan dan diterapkan dalam memecahkan masalah pada pokok bahasan lingkaran karena pokok bahasan ini menuntut adanya kemampuan berpikir.
Penerapan strategi pembelajaran Think – Talk – Write pada pokok bahasan terlebih dahulu siswa membaca, memikirkan, dan merancang bagaimana cara menyelesaikan soal yang hasilnya dituliskan dalam buku catatan kecil atau buku buram. Setelah itu siswa  berdiskusi dalam kelompok kecil yang beranggotakan 3 sampai 5 orang siswa  yang dipimpin oleh seorang siswa  yang ditunjuk. Akan tetapi semua siswa  dalam kelompok mendapat giliran untuk mengeluarkan ide atau pendapat dan mendengar ide temannya, untuk mengukuhkan hasil diskusi. Kemudian masing-masing siswa  menuliskan kembali hasil diskusi tersebut pada buku masing-masing.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa strategi pembelajaran Think – Talk – Write menenkankan pengetahuan persyaratan sebelumnya untuk menyelesaikan kesulitan siswa  dalam menyelesaikan Lingkaran serta sangat merespon siswa  agar dapat menggali dan mengembangkan potensi dirinya secara optimal, sehingga kemampuan berpikir siswa meningkat. Strategi ini sangat menguntungkan siswa , karena dengan strategi pembelajaran tersebut setiap siswa  dapat dikembangkan semaksimal mungkin.
Sehubungan dengan uraian di atas, maka penulis berinisiatif melakukan suatu penelitian tentang  strategi apa yang lebih tepat digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Salah satu strategi yang penulis anggap tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreratif siswa adalah strategi pembelajaran Think – Talk – Write. Dengan demikian penelitian ini dirumuskan dengan judul : ”Penerapan Strategi Pembelajaran Think – Talk – Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012”.
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
  1. Kemampuan berpikir kreatif siswa  masih rendah
  2. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.
  3. Metode pembelajaran yang digunakan masih bersifat tradisional yang dimulai dengan menjelaskan materi, memberi contoh yang dilanjutkan dengan latihan soal.
  4. Kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.
  5. Interaksi antara siswa dan siswa  dalam pembelajaran masih kurang. 

C.    Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah  penerapan strategi pembelajaran Think-Talk-Write untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII pada pokok bahasan lingkaran di SMP Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012.
D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi, dan batasan masalah di atas, maka yang  menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah  :
1.      Apakah penerapan strategi pembelajaran Think-Talk-Write dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pokok bahasan lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012?
2.      Apakah penerapan strategi pembelajaran Think-Talk-Write dapat meningkatkan kemampuan aktivitas belajar matematika siswa di Kelas VIII SMP Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012?
3.      Bagaimana kemampuan guru mengelola pembelajaran matematika dengan menerapkan strategi pembelajaran Think-Talk-Write di Kelas VIII SMP Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012?
E.     Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui apakah penerapan strategi pembelajaran Think-Talk-Write dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pokok bahasan lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012.
2.      Untuk mengetahui apakah penerapan strategi pembelajaran Think-Talk-Write dapat meningkatkan kemampuan aktivitas belajar matematika siswa di Kelas VIII SMP Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012.
3.      Untuk mengetahui bagaimana kemampuan guru mengelola pembelajaran matematika dengan menerapkan strategi pembelajaran Think-Talk-Write di Kelas VIII SMP Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012.
F.     Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang  diharapkan dari penelitian ini adalah  :
  1. Bagi Siswa, dengan penerapan strategi pembelajaran Think – Talk – Write diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
  2. Bagi Guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, menambah wawasan, dan pengalaman dalam menyiapkan strategi pembelajaran Think-Talk-Write dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
  3. Bagi pimpinan sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa  dalam pembelajaran matematika.
  4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan selaku calon guru matematika khususnya pada pokok bahasan lingkaran.
  5. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sejenis.
G.    Defenisi Operasional
  1. Strategi pembelajaran Think – Talk – Write adalah strategi pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan kemampuan berpikir siswa.
Fase pembelajaran Think-Talk-Write yaitu berpikir, berdiskusi, menulis.
  1. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah. Aspek kemampuan berpikir kreatif yaitu kelancaran, keluwesan, penguraian.


BAB II



 
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS TINDAKAN


A.    Kerangka Teoritis

1.      Hakekat Belajar dan Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam keadaan sadar yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang kreatif menetap. Gagne dalam Bansu1, Ansari berpendapat bahwa :
”Belajar merupakan proses yang memungkinkan individu untuk mengubah tingkah laku secara permanen sehingga perbuatan yang sama tidak akan terjadi pada keadaan yang baru.”
(Bansu I, Ansari. 2009 : 32)
Selanjutnya Brownell dalam Bansu1, Ansari menyebutkan bahwa: ”Belajar itu merupakan suatu proses yang bermakna”.
(Bansu I, Ansari. 2009 : 39)
Menurut pengertian di atas, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan tingkah laku yang relatif tetap.

12
 
Pendapat lain tentang belajar dikemukakan oleh Ausuba dalam Bansu1;Ansari  bahwa :
”Belajar akan bermakna apabila informasi yang hendak dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa,dengan demikian siswa akan menghubungkan informasi baru tersebut dengan  informasi yang telah dimilikinya”.
(Bansu I, Ansari. 2009 : 1)
Sementara watson bakyono berpendapat bahwa:’’belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti.”
(M. Dalyono. 2005 : 32)
Menurut Gagne dalam dimyati belajar adalah: ”kegiatan individu memperoleh pengetahuan,sikap, keterampilan dan nilai dengan cara mengolah bahan ajar ”.
(Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 10)
Dari beberapa pendapat diatas pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang ditandai dengan perubahan tngkah laku yang relatif tetap yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,  kebiasaan, perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Menurut Slameto faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1.      Faktor intern
Dalam faktor intern ini akan dibahas tiga faktor, yaitu:
a.       Faktor jasmani, terdiri dari
1)      Faktor kesehatan
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia cepat lelah, kurang bersemangat, ngantuk. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat dan lain-lain.
2)      Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah suatau yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan .
b.      Faktor psikologis yang terdiri dari : inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan.
c.       Faktor kelelahan
Faktor kelelahan sangat penting mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajaarnya.
2.      Faktor ekstern
Faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi terhadap belajar ada 3 faktor, yaitu:
a.       Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi.


b.      Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, dan sebagainya.
c.       Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang mempengaruhi belajar siswa seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
(Slameto: 2010:54)
b. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha dalam merancang kegiatan yang akan dilaksanskan dalam proses Belajar mengajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah ,mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey dalam sagala:
”Pembelajaran adalah  dl suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembangunan merupakan subset khusus dari pendidikan.”
(Syaiful Sagala, 2009:61)

 Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Sagala pembelajaran  adalah: ”Kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa  belajar secara aktif yang  menekankan pada penyediaan sumber belajar.”
UUSPN No. 20 Tahun 2003 dalam Syaiful Sagala menyatakan pembelajaran  adalah  :”proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumbre belajar pada suatu lingkungan belajar.”
(Syaiful Sagala, 2009:62)
Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran dapat diartikan sebagai proses belajar yang  dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang  dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang  baik terhadap materi pelajaran.
Pendapat lain tentang pembelajaran dikemukakan oleh Knirk dan Ggustafson dalam Syaiful Sagala bahwa :”pembelajaran merupakan suatu proses yang  sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika melainkan sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran”.
(Syaiful Sagala, 2009:64)
Dengan demikian pembelajaran adalah  setiap kegiatan yang  dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang  baru dalam suatu proses yang  sistematis melalui tahap rancangan. Pelaksanaan dan evaluaasi dalam konteks belajar mengajar.
Dalam pembelajaran, guru harus memahmi hakekat pelajaran yang  diajarkan sebagai suatu pelajaran siswa  dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa  dan memahami berbagai model pembelajaran untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang  matang oleh guru.
Hal ini menggambarkan bahwa orang yang berpengetahuan adalah  orang yang  terampil memecahkan masalah, mampu berrikteraksi dengan lingkungannya dan menarik generalisasi dengan benar. Jadi, belajar dan pembelajaran diarahkan untuk membangun kemampuan berpikir dan kemampuan menguasai materi pelajaran, dimana pengetahuan itu sumbernya dari luar diri, tetapi dikonstruksikan dalam diri individu siswa.
Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu :
1.      Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa  secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa  mendengar dan mencatat, akan tetappi menghendaki aktivitas siswa  dalam proses berpikir.
2.      Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis proses tanya jawab terus-menerus yang  diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sehingga dapat membantu siswa  untuk memperoleh pengetahuan yang  mereka konstruksi sendiri.
(Syaiful Sagala, 2009:63)
Proses pembelajaran atau pengajaran kelas (classroom Teaching) menurut Dunkin dan Bidde yang  dikutip dalam buku Sagala terdapat empat variabel interaksi, yaitu :
1.      Variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik.
2.       Variabel konteks (contex variables) berupa interaksi peserta didik dengan pendidik.
3.      Variabel Proses (process variables) berupa interaksi peserta didik dengan pendidik
4.      Variabel produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek walaupun jangka panjang.
(Syaiful, Sagala, 2009:63)

Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa yang  menjadi inti dalam proses pembelajaran adalah  adanya interaksi pendidik dengan peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran adalah  setiap kegiatan yang  dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan  dan nilai yang  baru dalam suatu proses yang  sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.
c. Pengertian Matematika
Banyak orang yang mempertukarkan antara matematika dengan aritmatika atau berhitung. Padahal, matematika memiliki cakupan yang  lebih luas daripada aritmatika. Aritmatika hanya merupakan bagian dari matematika.
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono, ”matematika adalah  bahasa simbols yang  fungsinya praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah  untuk memudahkan berpikir.”
(Mulyono, Abdurrahman, 2009:252)

Lerner dalam Mulyono mengemukakan bahwa, ”matematika disamping sebagai bahan simbolis juga merupakan bahasa universal yang  memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.”
(Mulyono, Abdurrahman, 2009:252)
Selanjutnya Kune dalam Mulyono berpendapat bahwa, ”matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah  penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.”
(Mulyono, Abdurrahman, 2009:252)
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah  bahasa simbolis yang  berfungsi untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan yang  memungkinkan manusia untuk berpikir baik secara deduktif maupun induktif.
2.      Hakekat Kemampuan  Berpikir  Kreatif
Berpikir merupakan sekumpulan keterampilan kompleks yang dapat dilatih sejak usia dini. Sebagaimana pendapat Suryabrata: “Berpikir merupakan proses aktif dinamis yang bersifat ideasional dalam rangka pembentukan pengertian, pendapat, dan kesimpulan.”
Liyne (2008) berpendapat bahwa: ”Berpikir kreatif matematis merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru terhadap masalah matematika yang bersifat terbuka.”
Selanjutnya Holland (2005) mengemukakan bahwa: ”Aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu, kelancaran, keluwesan, keaslian, elaborasi dan sensitivitas.” 
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan untuk menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru terhadap masalah matematika yang bersifat terbuka dengan aspek-aspeknya yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian, eloborasi dan sensitivitas.
Menurut M. Dalyono berpikir adalah : “Termasuk aktivitas belajar.  Dengan berpikir orang  memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu”.
(M. Dalyono, 2005:224)
Sesungguhnya kemampuan  berpikir kreatif pada dasarnya dimiliki semua orang. Berpikir kreatif adalah  kemampuan  untuk menciptakan gagasan-gagasan baru. Bahkan pada orang yang  merasa tidak mampu menciptakan ide baru pun sebenarnya bisa berpikir secara kreatif, asalkan dilatih. Kemampuan  berpikir kreatif antara lain  diambil contoh sebagai berikut :
a.       Kemampuan  memikirkan lapangan kerja baru, mampu menyerap banyak tenaga kerja, misalnya : konsepsi padat karya, peningkatan daya serap wisatawan asing dalam paket prawisata dan lain-lain.
b.      Kemampuan  memikirkan konsepsi peningkatan pemakaian produksi dalam negeri dikalangan bangsa sendiri.
(Ahmad Promudya, 2006:185)
Dari berbagai persyaratan di atas, sudah lebih meyakinkan bahwa belajar itu berupa proses berpikir yang  aktif sehingga menghasilkan penemuan untuk sebuah tujuan, dan tujuannya dalam hal ini adalah  kemampuan / kompetensi. Kemudian bisa dikatakan pula bahwa peningkatan kemampuan  berpikir itu sama dengan hasil belajar.
Berdasarkan analisis Guilford, ada lima faktor yang menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif, yaitu:
1.      Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.
2.      Keluwesan (fleksibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
3.      Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetus gagasan dengan cara-cara asli dan tidak klise.
4.      Penguraian (elaboration), adalah kemampuan untuk menguraikan suatu secara lebih rinci.
5.      Perumusan kembali (redefinition), adalah kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh orang banyak.

Dalam mengelola kegiatan pembelajaran, guru perlu merencanakan tugas dan alat belajar yang menantang. Pemberian umpan  balik, belajar kelompok dan penyediaan program penilaian yang  memungkinkan siswa  mampu untuk unjuk kemampuan sebagai hasil belajar. Tugas menantang dalam hal ini merupakan seperangkat pertanyaan yang  mendorong siswa  bernalar atau melakukan kegiatan ilmiah.
Dengan demikian ada empat hal yang  perlu dikuasai oleh guru agar dapat meningkatkan kemampuan  berpikir kreatif siswa. Menurut Yamin, M & Ansari,I,B : hal tersebut adalah  :
  1. Penyediaan pertanyaan yang  merangsang siswa  berpikir dan berproduksi
Kategori pertanyaan yang  termasuk jenis pertanyaan ini dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
Tabel. 1 Kategori pertanyaan yang merangsang siswa  berpikir berproduksi
Kategori pertanyaan
Arti
Contoh
Terbuka
Pertanyaan yang memiliki lebih dari satu jawaban
Mengapa segitiga ini disebut segitiga sama sisi
Tertutup
Pertanyaan yang memiliki hanya satu jawaban benar
Berapakah luas segitiga sembarangan ini?
Produktif
Pertanyaan yang  hanya dapat dijawab melalui pengamatan, percobaan atau penyelidikan
Apa nama benda itu.
Tidak produktif
Pertanyaan yang dapat dijawab hanya dengan melihat, tanpa melakukan pengamatan, percobaan atau penyelidikan
Apa nama benda itu
Imajinatif
Interpretatik pertanyaan yang jawabannya di luar benda/gambar/kejadian yang  diamati
Diperlihatkan gambar gadis termenung  di pinggir jalan kemudian diajukan pertanyaan. Apa yang  sedang dipikirkan gadis tersebut.
Faktual
Pertanyaan yang  jawabannya dapat dilihat pada benda/ kejadian yang  diamati
Apa yang  dipakai gadis tersebut.
  1. Penyediaan umpan balik yang  bermakna
Umpan balik adalah  respon atau reaksi guru terhadap perilaku siswa. Apa yang  dilakukan guru ketika siswa  bertanya? Ketika siswa  berpendapat? Ketika siswa  membuat kesalahan? Umpan balik yang  baik adalah  respon guru yang  bersifat tidak menvonis ”salah”, ”bukan”, ”tidak”, ”baik”, atau ”betul”, merupakan umpan balik yang  menvonis. Contoh umpan balik yang  tidak menvonis.
”Perilaku siswa  bertanya           :  ”Bu, apakah segitiga hanya memiliki tiga sudut?”
”Umpan balik dari guru             :  ”menurut ananda bagaimana?”
  1. Berpikir secara kelompok
Cara ini akan dapat mengaktifkan siswa, menjalin kerjasama diantara siswa  dan menjadikan siswa lebih mandiri.
  1. Penyediaan Penilaian
Menilai adalah  mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa, tentang apa yang  sudah dikuasai dan belum dikuasai siswa. Penilaian tersebut diperlukan agar guru dapat menentukan kegiatan atau bantuan apa yang  harus diberikan berikutnya kepada siswa agar pengetahuan, kemampuan, dan sikap mereka lebih berkembang..
            (Martinis & Bansu, 2008:30-37)
3.      Hakekat Pembelajaran Model  Think-Talk-Write
Supaya proses pembelajaran berjalan secara optimal maka diperlukan adanya rencana pembuatan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa adalah strategi think-talk-write (TTW). Menurut Huinker&Laughun dalam buku Martinis dan Bansu mengemukakan bahwa: “Strategi  think-talk-write adalah strategi pembelajaran yang pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara dan menulis.”
(Martinis&Bansu, 2008:84)
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi Think-Talk-Write (TTW) adalah strategi pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa yang dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu berpikir, berdiskusi dan menulis.
Alur kemajuan strategi Think-Talk-Write dimulai dari keterlibatan siswa  dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Sehingga kegiatan siswa  yang  belajar dengan strategi Think-Talk-Write dilakukan secara bertahap sebagai berikut :
a.       Think (berpikir)
Ada suatu mata rantai yang  terkait antara kemampuan  berpikir (membaca),diskusi, dan menulis siswa  yang  rajin membaca namun enggan menulis akan kehilangan arah. Demikian juga sebaliknya, jika siswa  yang  gemar menulis namun enggan membaca akan berkurang makna tulisannya, yang  lebih baik adalah  jika seseorang yang  gemar membaca dan suka berdiskusi (dialog) kemudian menuangkannya dalam tulisan, maka akan memantapkan hasil tulisannya. Kemampuan  membaca dalam topik-topik tertentu kemudian mengelaborasikan topik-topik tersebut dan menyimpulkannya merupakan aspek penting untuk melihat keberhasilan berpikir siswa.
Menurut Dahar yang  dikutip olehAnsari menjelaskan :
Bila kepada siswa –siswa  yang  tergolong atas (kemampuan  baik) diberi tugas membaca, mereka akan melakukan elaborasi (pengembangan) apa yang  telah dibaca. Ini berarti siswa secara individu memikirkan gagasan, contoh-contoh dan konsep-konsep lain yang berhubungan. Oleh karena itu, Think adalah  siswa  secara individual membaca, berpikir dan menuliskan hal-hal penting dari bahan pembelajaran yang  disajikan dengan buku paket.
(Bansu I, Ansari, 2009:66)
b.      Talk (berdiskusi)
Talk (berbicara atau berdiskusi) memberikan kesempurnaan kepada siswa  untuk merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok.
Dalam diskusi perlu memiliki keterampilan komunikasi lisan (oral-communication skill) yang  dapat dilakukan dengan latihan secara teratur. Ada beberapa latihan yang  dapat dilakukan guru untuk meningkatkan keterampilan komunikasi lisan (oral communication skill), antara lain : 
1)      Menggunakan presentasi di kelas oleh siswa  untuk membicarakan tentang ide-ide yang  terdapat pada bacaan
2)      Menggunakan group kecil (small-group) untuk memberi latihan problem solving dalam setiap group diberi soal yang  berbeda dan setiap grup berdiskusi kemudian menuliskan laporan penyelesaian.
3)      Menggunakan permainan matematika (games). Permainan ini selain menyenangkan juga dapat meningkatkan retensi anak.
Dari tahap-tahap di atas menunjukkan bahwa diskusi dapat menyadarkan siswa mengapa jawabannya salah dan membantu siswa melihat jawaban yang  benar. Sehingga hasil diskusi dapat menjelaskan kepada siswa  gambaran bermacam-macam strategi dan proses yang  di inginkan siswa  untuk memecahkan masalah.
Oleh karena itu, Talk ialah siswa  yang  mengkomunikasikan hasil kegiatan membacanya pada tahap Think melalui diskusi dalam kelompoknya yang  terdiri dari 3-5 siswa.
c.       Write (menulis)
Menulis adalah  proses bermakna karena siswa  secara aktif membangun hubungan antara yang  dipelajari dengan apa yang  sudah mereka ketahui. Menulis dapat membantu siswa  membentuk pemahaman secara implisit dan berpikir lebih eksplisit sehingga mereka dapat melihat dan merefleksikan pengetahuan dan pikirannya. Sehingga dapat membantu siswa  meningkatkan pemahaman dalam matematika berarti meminta mereka membangun jaringan mental, dan kebiasaan menulis merupakan alat untuk membangun mental tersebut.
Sedangkan dari shield yang dikutip oleh Ansari mengemukakan ada 5 langkah yang  harus dilakukan siswa  agar tulisan siswa  bermutu, yaitu :
    1. Tuliskan solusi kamu agar pembaca tahu tidak ada masalah dengan masalah.
b.      Tunjukkan semua pekerjaan matematika kamu, termasuk perhitungannya.
c.       Organisasikan semua pekerjaan kamu ke dalam langkah-langkah penyelesaian atau dengan berbagai cara seperti diagram, grafik, dan tabel agar mudah dibaca.
d.      Koreksi pekerjaan kamu sehingga kamu yakin tidak ada kata yang penting dan perhitungan yang tertinggal.
e.       Yakinlah bahwa pekerjaan kamu terbaik, dapat dimengerti dan asli.
(Ansari, I,B, 2009:68)
Oleh karena itu, Write  ialah siswa  menuliskan ide-ide yang  diperolehnya dari kegiatan berpikir dan berdiskusi.
1.      Penggunaan Strategi Think – Talk – Write sebagai Suatu Strategi Pembelajaran
Suatu strategi pembelajaran yang diharapkan  dapat menumbuh kembangkan kemampuan berpikir (pemahaman) dan komunikasi matematika siswa  adalah strategi pembelajaran Think – Talk – Write (TTW). Suasana belajar dengan menggunakan strategi ini dilakukan dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa  diminta membaca, mendengar dan membagi ide bersama temannya kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
Aktivitas berpikir (think) dapat dilihat dari proses membaca kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam membuat/menulis catatan siswa  membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan, kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri.
Menurut Wiederhold dalam buku Ansari I.B. dan Yamin, M menyatakan bahwa :“membuat catatan berarti menganalisiskan tujuan isi teks, memeriksa bahan-bahan yang ditulis dan merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca”.
                                                                                (Martinis & Bansu, 2008:85)
Setelah tahap ”think” selesai dilanjutkan dengan tahap ”talk” yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Guru sering mendengar keluhan siswanya, “I can do it, but I can’t explain it”. Doing adalah important, but students understanding and communicating what they are doing is more important.
Menurut Huingker dan Laughlin dalam buku Ansari, I. B & Yamin,  M : “berkomunikasi dapat berlangsung secara alami, tetapi menulis tidak dan berkomunikasi dalam suatu diskusi dapat membantu kolaborasi dan meningkatkan aktivitas belajar siswa”.
(Martinis & Bansu, 2008:86)
Selanjutnya tahap “write” yaitu menuliskan hasil diskusi pada lembar kerja yang disediakan (Lembar Aktivitas Siswa). Aktivitas menulis berarti mengkonstruksikan ide yang akan membantu siswa  dan membuat hubungan  dan juga memungkinkan guru  melihat pengembangan konsep siswa.
Dalam upaya meningkatkan mutu dan proses pembelajaran matematika  dengan menggunakan strategi Think – Talk – Write dirancang suatu desain pembelajaran beserta langkah-langkahnya sebagai berikut:




















Gambar 1 Desain Pembelajaran Dengan Strategi TTW
(Ansari, I,B, 2009:73)
Langkah-langkah pembelajaran  dengan strategi Think-Talk-Write :
1.      Guru membagi siswa  yang  memuat situasi masalah yang  bersifat open-ended dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya
2.      siswa  membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual untuk dibawa ke forum diskusi think
3.      Siswa  berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk).
4.      Siswa  mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write).
(Martinis & Bansu, 2008:90)
Peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi Think-Talk-Write sebagaimana yang  dikemukakan Silver & Smith dalam Yamin, M & Ansari, I.B adalah :
1.       Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan, dan menantang setiap siswa  berpikir.
2.       Mendengar secara hati-hati ide siswa 
3.       Menyuruh siswa  mengemukakan ide secara lisan dan tulisan
4.       Memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa  dalam diskusi
5.       Memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasikan persoalan-persoalan, menggunakan model, membimbing dan membiarkan siswa  berjuang dengan kesulitan.
6.       Memonitoring dan menilai prestasi siswa  dalam diskusi, dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa  untuk berpartisipasi.
      (Martinis & Bansu, 2008:90)
2.      Format Pembelajaran dengan Strategi TTW
Setelah memahami alur pembelajaran  matematika berdasarkan strategi Think-Talk-Write, persoalan berikutnya adalah  bagaimana guru menerapkannya dalam kelas.
NCTM dan Bansu I, Ansari mengemukakan bahwa,
Terdapat enam standar pembelajaran  matematika yang  memungkinkan guru untuk mencapai visi dan evaluasi standar kurikulum yang  mempunyai misi meningkatkan kompetensi siswa untuk mencapai wawasan dalam hal menelaah/menalar, mengkreasikan dan memecahkan masalah, mengikutkan matematika baik dalam matematika sendiri, bidang lain maupun dalam konteks dunia nyata.
(Martinis & Bansu, 2009:74) 

Adapun keenam standar pembelajaran  matematika yang  dimaksud adalah:
    1. Tugas matematika yang  relevan
    2. Peranan guru dalam diskusi  / percakapan
    3. Peranan siswa  dalam diskusi  /  percakapan
    4. Alat yang  digunakan untuk meningkatkan diskusi  / percakapan
    5. Lingkungan  belajar
    6. Menganalisis proses belajar mengajar
(Bansu I, Ansari, 2009:74) 
Berdasarkan keenam standar pembelajaran  tersebut di atas, maka dibuat suatu format pembelajaran  matematika yang  mengandung empat kategori :
1.      Tugas. Guru merancang tugas matematika yang bermakna yang memungkinkan siswa  menunjukkan proses dan menjelaskan alasan pengerjaannya. (open-ended task). Ada tiga bagian tugas yang disediakan yaitu tugas untuk memahami konsep, latihan dan penerapan, serta penyelesaian berbagai tipe/bentuk soal komunikatif.
2.      Diskusi / percakapan; guru menentukan esensi ”Think – Talk – Write” yaitu : guru dalam diskusi / percakapan, peranan dan tugas siswa  dalam diskusi / percakapan, alat bantu yang memudahkan diskusi / percakapan.
3.      Lingkungan (envorcement). Guru mewujudkan lingkungan belajar yang kondusif.
4.      Penilaian (Assement)). Guru melakukan penilaian terhadap hasil pembelajaran, yaitu mengenai tugas yang diberikan, diskusis dan lingkungan belajar untuk pedoman pada pembelajaran berikutnya.
                                                                                              (Bansu I,Ansari, 2009 : 75)


B.     Penerapan Materi Lingkaran dalam Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write





Sejak zaman babilonia, manusia sudah terkagum-kagum oleh bangun matematika yang dinilai sebagai bentuk yang sempurna, yaitu lingkaran. Lingkaran terjadi secara alami di alam semesta, mulai dari riak air sampai cahaya bulan. Di alam sering kali terbentuk apabila permukaan datar dipengaruhi oleh gaya yang bekerja merata ke seluruh arah. Misalnya saat sebuah kelereng jatuh ke dalam air dan menghasilkan gelombang yang menyebar rata ke segala arah sebagai rangkaian riak yang membentuk lingkaran.
Materi lingkaran ini cocok diterapkan dengan strategi pembelajaran Think-Talk-Write karena mempunyai cara penyelesaian soal yang bervariasi dan cocok diselesaikan secara kelompok. Lingkaran adalah kurva tertutup sederhana yang merupakan tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu titik tertentu. Jarak yang sama tersebut dinamakan jari-jari lingkaran dan titik tertentu disebut pusat lingkaran.


Lingkaran
Lingkaran adalah kurva tertutup sederhana yang merupakan tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu titik tertentu. Jarak yang sama tersebut dinamakan jari-jari lingkaran dan titik tertentu disebut titik pusat lingkaran.
Tahap 1. Think (berpikir) 
Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk memikirkan sebuah benda lingkaran untuk menemukan unsur dan bagian-bagian lingkaran.
1.      Unsur dan Bagian-bagian Lingkaran
Untuk memudahkan pemahaman mengenai unsur dan bagian-bagian lingkaran maka perhatikan gambar disamping.
v  Titik O disebut titik pusat
v  dan disebut jari-jari lingkaran yaitu garis yang menghubungkan titik pusat dan titik pada keliling lingkaran.
v   disebut garis tengah atau diameter yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik pada keliling lingkaran dan melalui titik pusat lingkaran, karena diameter  =  dimana  = jari-jari (r) lingkaran, sehingga diameter (d) = 2 x jari-jari (r) atau d = 2r.
v   disebut tali busur yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik pada keliling lingkaran tapi tidak melalui titik pusat lingkaran.
v  ┴ tali busur  dan   ┴  disebut apotema yaitu jarak terpendek antara tali busur dan pusat lingkaran.
v  Garis lengkung AC, BC, dan AB disebut busur lingkaran yang dibagi menjadi dua bagian yaitu busur besar dan busur kecil seperti busur yang terlihat pada gambar di samping.
-          Busur kecil adalah busur AB yang panjangnya kurang dari setengah keliling lingkaran.
-          Busur besar yaitu busur AB yang lebih dari setengah lingkaran.
v  Daerah yang dibatasi oleh dua jari-jari, , dan  serta busur BC disebut juring lingkaran, juring terbagi menjadi juring besar dan juring kecil untuk lebih memahami. Perhatikan gambar di samping.
v  Daerah yang dibatasi oleh tali busur dan busurnya disebut tembereng. Tembereng ini juga terbagi dua yaitu tembereng kecil dan tembereng besar seperti yang terlihat pada gambar.
Tahap. 2 Talk (berdiskusi)
Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang dalam satu kelompok. Siswa berdiskusi untuk menemukan nilai π (phi) melalui percobaan mengukur keliling 4 buah uang logam dengan ukuran yang berbeda.
2.      Menentukan Nilai π (phi)
π adalah perbandingan keliling lingkaran terhadap diameter lingkaran dalam menemukan nilai π kita dapat menggunakan sudut lingkaran yaitu dalam bentuk derajat ( 0 ) dan radian.
10 =  satu putaran penuh
Sudut pusat lingkaran ( 1 putaran penuh)       =  radian
                                                                        = 2 π radian
Jadi,     3600 = 2 π radian
            1800 = π radian
               =  = 57,2960
            π = 
            π = 3,141506

Cara lain menemukan nilai π (phi) yaitu dengan melakukan kegiatan berikut ini:
v  Sediakan minimal 4 lingkaran berlainan ukuran beserta panjang diameter dan kelilingnya



Lingkaran
Diameter
Keliling
Keliling lingkaran
diameter
i
ii
iii
iv
35 cm
20 cm
12,7 cm
9 cm
110 cm
62,86 cm
39,9 cm
28,29 cm
3,143
3,142
3,143
3,143
v  Nilai rata-rata untuk  dapat ditentukan sampai 2 angka dibelakang koma dan hasilnya mendekati 3,14. Sehingga nilai percobaan tersebut menunjukkan pada kita bahwa nilai perbandingan = π (konstanta).
Tahap. 3 Write (menulis)
Pada tahap ini siswa menuliskan kembali hasil diskusi pada tahap 2 sebagai latihan dan aplikasi
3.      Menghitung besaran-besaran pada lingkaran
a)      Menghitung keliling lingkaran
Keliling lingkaran adalah panjang garis lengkung yang membatasi bidang lingkaran. Setiap lingkaran memiliki nilai perbadingan yang sama atau tetap yang disebut π, karena = π, maka K = πd. Karena panjang diameter adalah 2 kali jari-jari atau d =2r maka :


K = 2 π   atau   K = πd
 
 
Contoh soal :
Diketahui sebuah lingkaran memiliki jari-jari 28 cm, hitunglah keliling lingkaran tersebut !
Penyelesaian :
Dik      :     r     = 28 cm
Dit       :    K    = …. ?
Jawab :    K    =  2 πr
                 K    = 2 x  x 28
                 K    = 176 cm
Jadi, keliling lingkaran adalah 176 cm.

b)      Menghitung luas lingkaran
Luas lingkaran adalah luas daerah yang dibatasi oleh daerah yang dibatasi oleh keliling. Untuk menemukan luas lingkaran lakukan kegiatan berikut:
1)      Buatlah lingkaran dengan jari-jari 10 cm.
2)      Bagilah lingkaran tersebut menjadi 12 bagian sama besar dan arsir satu bagian.
3)      Bagilah lingkaran tersebut menjadi 12 juring dengan sudut pusat 300 seperti pada gambar disamping.
4)      Bagilah salah satu juring yang tidak diarsir menjadi dua sama besar.
5)      Gunting lingkaran besarta 12 juring tersebut
6)      Atur potongan-potongan juring dan susun setiap juring sehingga mirip persegi panjang seperti terlihat pada gambar disamping
Setelah lingkaran dibagi menjadi juring-juring dan dipotong sehingga mendekati persegi panjang yang panjangnya sama dengan setengah keliling lingkaran (3,14 x 10 cm = 31,4 cm) dan lebarnya sama dengan panjang jari-jari lingkaran (10 cm), jadi luas lingkaran dengan panjang jari-jari 10 cm = luas persegi panjang dengan P = 31,4 cm da L = 10 cm yaitu luas persegi panjang    = P x l
                                                                        = 31,4 x 10
                                                                        = 314 cm
Dengan demikian dapat dituliskan :  luas lingkaran ( L ) = π x r x r
                                                                                                             =  π r2
Karena r = d,   maka   l             = π ( d)2
                                                            = π (d2)
Contoh soal :
Diketahui sebuah ban mobil berbentuk lingkaran memiliki diameter 56 cm. Hitunglah luas permukaan ban mobil tersebut.
Penyelesaian :
Dik      : diameter (d) = 56 cm
Dit       : luas (L)          = ……..?
Jawab  : L = d2
              L =  (56)2
              L =  (3136)
              L = 784 cm
Jadi, luas ban mobil adalah 784 cm

c)      Panjang busur, luas jaring dan luas tenbereng.
1.      Pemegang busur merupakan bagian dari lingkaran panjang busur = x keliling lingkaran
Contoh soal:
Perhatikan gambar dibawah ini, diketahui panjang jari-jari OA= 10 cm jika besar sudut AOB = , hitunglah panjang busur AB.
Penyelesaian:
Dik      : Jari-jari (r)      = 10cm
            : AOB         =
Dit       : Panjang busur AB ?
Jawab:
Panjang busur AB       = x 2
                                    =
                                    =
                                    = 10, 47 cm
Jadi, panjang busur AB adalah 10, 47 cm.
2.      Luas jaring merupakan bagian dari luas lingkaran
Luas juring      =
                                     =
Contoh Soal:
Pada gambar lingkaran dibawah ini diketahui jari-jari lingkaran 7 cm jika besar sudut , hitunglah luas jaring dari lingkaran tersebut
Penyelesaian :
Dik :  jari-jari (r)          = 7
               AOB        = 1200
Dit : Luas juring          = …… ?
Jawab : Luas juring  =  x luas lingkaran
 =  x πr2
 =
 =
 = 51,3

3.      Luas tembereng adalah daerah yang dibatasi oleh tali busur dan busur. Untuk menemukan rumus luas tembereng perhatikan gambar lingkaran berikut.
Misalkan kita akan menentukan luas tembereng ADB. Langkah-langkahnya:
1.     

L  
 
Tentukan luas juring L ADB
2.     

 
Cari panjang apotema
3.     

C
 


A
 
Tentukan luas segitita LAB
4.     

D  
 
Luas tembereng ADB = luas juring L ADB – luas segitiga LAB


 


P
 
Contoh soal:

M
 
Pada gambar di samping terlihat sebuah lingkaran M dengan jari-jari 4 cm, jika PQ = 4 cm tentukanlah. Luas tembereng PRQ.



R  
 
 
Penyelesaian :
Dik : jari-jari (r) = 4 cm
                     = 4 cm
Dit : luas tembereng PRQ = ……. ?
Jawab : Luas tembereng PRQ = luas juring MPRQ – luas Δ MPQ perhatikan Δ MPQ
PM = QM = 4 cm (jari-jari
PQ = 4 cm, berarti PM = QM = PQ dan Δ MPQ adalah Δ sama sisi dengan demikian PMQ = 600
Luas juring MPRQ    = πr2
                                  =  x 3,14 x (4)2
                                  =  x 3,14 x 16
                                  = 8,37

Perhatikan Δ MPQ
PQ = QM = PM = 4 cm
MS  PQ, maka
PS = SQ
PS = ½ PQ = ½ (4) = 2 cm
PM2 = PS2 + SM2
SM2 = 42 – 22
SM2 = 16 – 4
SM =  cm
Luas Δ MPQ = ½ x PQ x SM = ½ x 4 x   cm2
                                                = 2 x   cm2
                                                = 6,92
Jadi, luas tembereng PRQ = 8,37 – 6,92 cm2
                                                 = 1,45 cm2

C.    Teori Belajar yang Mendukung
Salah satu teori yang mendukung dalam penelitian ini adalah teori belajar Brunner. Pendekatan Bruner terhadap teori belajar didasarkan ata 2 asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Bruner yakin bahwa siswa yang belajar berinteraksi dengan lingkungan secara aktif. Perubahan tidak hanya terjadi dilingkungan, tapi juga dalam diri siswa. Asumsi kedua adalah bahwa siswa yang mengkonstruksikan pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya.
Bruner mengungkapkan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, ketiga proses itu adalah : (1) memperoleh informasi baru, (2) transformati informasi, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Hampir semua siswa melalui penggunaan tiga sistem keterampilan untuk menyatakan keterampilan-keterampilan secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan disebut Bruner dengan istilah tiga cara penyajian yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik.
1)      Enaktif yaitu cara penyajian melalui tindakan (motorik), jadi bersifat manipulatif. Dengan cara ini seorang siswa mengetahui selalu aspek dari suatu kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata.
2)      Ikonik didasarkan atas perilaku internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tapi tidak mendefenisikan sepenuhnya konsep itu.
3)      Simbolik yang didasarkan pada sistem pemikiran abstrak dan lebih fleksibel. Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa.
Setelah teori belajar Bruner, salah satu teori belajar yang mendukung lainnya adalah teori belajar dari Piaget, dengan ide utamanya yaitu:
1.      Pengetahuan tidak diberikan dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa membentuk pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya, melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru ke dalam pikiran. Akomodasi adalah penyusunan kembali struktur kognitif karena adanya informasi baru, sehingga informasi itu mempunyai tempat.
2.      Agar pengetahuan diperoleh, siswa harus beradaptasi dengan lingkungannya.
3.      Pertumbuhan intelektual merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidaksetimbangan dan keadaan setimbang.
Tyler dalam Bansu, Ansari merinci pembelajaran dengan teori ini yaitu: (1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dengan bahasanya sendiri, (2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya, sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4) Memberikan pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, (5) Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, (6) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Menurut teori ini belajar adalah keterlibatan anak secara aktif membangun pengetahuannya melalui berbagai jalur, seperti membaca, berpikir, mendengar, berdiskusi, mengamati dan melakukan eksperimen terhadap lingkungan serta melaporkannya. 
D.    Penelitian yang Relevan
a.       Mufidatun Afriyani (2010), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta, dengan judul: “Penerapan strategi Think-Talk-Write (TTW) sebagai upaya peningkatan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sentolo, Kabupaten Kulonprogo.” Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan strategi Think-Talk-Write mengalami peningkatan yaitu skor nilai rata-rata kelas tes siklus I sebesar 9,46 dengan kualifikasi cukup pada tes siklus II diperoleh skor nilai rata-rata kelas sebesar 74,87 dengan kualifikasi baik. Dan berdasarkan hasil wawancara dengan guru menyatakan bahwa pembelajaran melalui strategi TTW siswa dapat lebih mudah dalam menyelesaikan masalah matematika.
b.      Ana Marlina (2006) dengan judul: “Pembelajaran matematika dengan strategi Think-Talk-Write (TTW). Dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII-H SMP Negeri 15 Bandung.” Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 15 Bandung sebanyak 39 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan strategi Think-Talk-Write dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Sebelum tindakan sebagai refleksi awal diberikan tes berbentuk uraian kepada siswa dan didapatkan persentase kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 71,3% serta belum memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu 85%. Pada siklus I persentase kemampuan berpikir kritis siswa yaitu 78,9% berarti mengalami peningkatan sebesar 7,6%. Pada siklus II persentasenya menjadi 81,5% yang kemudian pada siklus III persentase kemampuan berpikir kritis siswa menjadi 87,7% berarti mengalami peningkatan sebesar 6,2%.
c.       Prasetya Adhi Nugroho (2010) jurusan pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul: “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika siswa SMP melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW).” Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 4 Depok yang berjumlah 36 siswa. Berdasarkan hasil observasi kemampuan komunikasi matematika siswa pada siklus I yaitu 56,94% pada siklus II meningkat menjadi 63,2%. Sedangkan kemampuan pemecahan masalah diperoleh dengan persentase 3,125% pada siklus I meningkat menjadi 71,25% pada siklus II. Dan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran (TTW) sebesar 66,53% pada siklus I dan 66,94% pada siklus II, keduanya pada kriteria baik.
E.     Kerangka Berpikir
Faktor yang  paling penting yang  mempengaruhi belajar siswa  adalah  adanya perkembangan kemampuan berpikir siswa. Keberhasilan siswa  dalam memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi dapat ditingkatkan melalui penggunaan strategi pembelajaran  yang  cocok dalam proses belajar mengajar. Peneliti beranggapan strategi yang  paling cocok adalah  strategi pembelajaran  Think-Talk-Write. Dimana strategi ini dimulai dari bagaimana siswa  memikirkan penyelesaian suatu masalah, kemudian diikuti dengan mengkomunikasikan hasil pemikirannya dan akhirnya melalui diskusi  siswa  dapat menuliskan kembali hasil pemikirannya tersebut.
Dalam strategi pembelajaran  Think-Talk-Write ini open-ended task bertujuan untuk mendorong siswa  berpikir kreatif, bekerjasama dengan teman dalam menjawab tugas, dan menyadari bahwa soal dapat diselesaikan dengan banyak cara. Selain itu, strategi Think-Talk-Write ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu mempercepat kemahiran siswa  dalam menyikapi dan memberikan kesempatan kepada siswa  mendiskusikan bagaimana cara penyelesaian suatu masalah.
Oleh karena itu, strategi pembelajaran  Think-Talk-Write akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa karena dalam pembelajaran  ini siswa  dituntut agar mampu menggali potensi yang ada pada dirinya, mengeluarkan ide-idenya dan mengasah otak siswa  agar terus dapat meningkatkan proses berpikirnya.
Adapun kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar di bawah ini :


 








                                                                                               

Gambar 12. Kerangka berpikir
F.     Hipotesis Tindakan 
Adapun yang  menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.      Pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa di kelas VIII SMP Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012.
2.      Pembelajaran dengan strategi  Think-Talk-Write dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa di kelas VIII SMP Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012.
3.      Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika dengan strategi pembelajaran Think-Talk-Write sudah efektif.


BAB III


 
METODE PENELITIAN

A.    Lokasi dan Waktu Penelitian
1.      Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di  SMP Negeri 6 Siabu yang beralamat di Jl. Mangaraja Hamonangan Nst, Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal. 
2.      Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan mulai dari surat penelitian diterima sampai dengan berakhirnya penelitian.
B.     Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Sedangkan model pembelajaran yang digunakan adalah strategi pembelajaran Think – Talk – Write untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa.   

C.    Subjek dan Objek Penelitian
1.      Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa  Kelas VIII SMP Negeri 6 Siabu  dengan jumlah siswa 37 orang, yang terdiri dari 20 orang siswa perempuan dan 17 orang siswa  laki-laki.




47
 
 
2.      Objek Penelitian
Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa  dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran dengan menggunakan  strategi pembelajaran Think – Talk – Write pada pokok bahasan lingkaran di SMP Negeri 6 Siabu  Tahun Pelajaran 2011-2012.
D.    Desain Penelitian

Perencanaan
 
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yang direncanakan selama dua siklus, untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mengikuti pelajaran matematika dan apabila indikator belum tercapai maka akan dilanjutkan dengan siklus ketiga, prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada skema berikut:
 









Gambar 3.1 Skema Penelitian Tindakan Kelas
E.     Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang direncanakan dengan dua siklus, masing-masing  siklus terdiri dari 4 tahap yaitu planning (perencanaan), action (pelaksanaan), observation (pengamatan) dan reflection (refleksi).
1.      Siklus Pertama
a.       Perencanaan
Perencanaan dalam penelitian ini meliputi :
1)      Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan  strategi pembelajaran Think – Talk – Write.
2)      Membuat rencana pembelajaran Think – Talk – Write
3)      Membuat lembar kerja siswa 
4)      Membuat instumen yang digunakan dalam siklus PTK
5)      Menyusun alat evaluasi pembelajaran 
b.      Pelaksanaan (acting)
a)      Membagi siswa  ke dalam beberapa kelompok
b)      Menyusun  materi pelajaran 
c)      Diberikan materi diskusi
d)     Salah satu  kelompok  dari kelompok diskusi  mempresentasikan hasil kerja kelompok
e)      Hasil diskusi ditulis dalam bentuk laporan
f)       Siswa  diberikan kesempatan untuk memberi tanggapan
g)      Membuat kesimpulan secara bersama-sama
h)      Melakukan observasi
c.       Pengamatan (observation)
a)      Peneliti mengamati situasi kegiatan belajar mengajar
b)      Peneliti mengamati kegiatan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran
c)      Peneliti mengamati kemampuan siswa  dalam diskusi  kelompok  
d.      Refleksi (reflecting)
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus pertama dan menyusun rencana (planning) untuk siklus kedua. 
2.      Siklus Kedua
1)      Perencanaan (planning)
Tim peneliti membuat  rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama
2)      Pelaksanaan (planning)
Guru melaksanakan pembelajaran Think – Talk – Write berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama. 
3)      Pengamatan (observation)
Tim peneliti (guru dan kolaborator) melakukan pengamatan terhadap kemampuan  berpikir siswa  dalam pembelajaran  dengan menggunakan  Think – Talk – Write.


4)      Refleksi (reflecting)
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan menganalisa serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran Think – Talk – Write dalam menggunakan kemampuan berpikir kreatif siswa  pada pokok bahasan.
F.     Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yakni siswa, guru, dan teman sejawat serta kolaborator.
a.       Siswa 
Untuk mendapatkan data tentang peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam proses belajar mengajar
b.      Guru
Untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir siswa  dengan menggunakan  strategi pembelajaran Think – Talk – Write
c.       Teman sejawat dan kolaborator
Teman sejawat dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi siswa  maupun guru.
G.    Teknik Pengumpulan Data
a.       Teknik pengumpul data
1)      Tes dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan berpikir kreatif siswa sebagai hasil belajar.
2)      Wawancara dipergunakan untuk mengetahui permasalahan pembelajaran sebelum penelitian dan pendapat siswa dan koborator tentang strategi pembelajaran think-talk-write.
3)      Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang tingkat keberhasilan siswa dan guru.
b.      Alat pengumpul data
1)      Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan berpikir siswa sebagai hasil belajar. Tes yang disusun terdiri dari soal yang berbentuk essai. Tes yang akan diujikan berjumlah 5 soal setiap siklus yang akan diujikan pada saat pembelajaran.   
Sebelum instrumen diujikan terlebih dahulu divalidkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(1)   Validitas tes 
Validitas tes adalah  tingkat ketelitian tes untuk dapat memenuhi fungsinya dalam menggambarkan aspek yang  diukur dengan tepat atau teliti. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang  hendak diukur.
Untuk menguji validitas digunakan rumus derajat hubungan antar variabel dengan rumus :
Keterangan :    
       : Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
N         : Jumlah responden
X         : Skor perbutir soal
Y         : Skor total
XY      : Hasil kali skor x dengan y untuk setiap responden
∑         : Tanda jumlah
(Arikunto, S. 2009:72)
Untuk  mendefenisikan keberartian untuk  semua item, harga tersebut dikonversikan sehingga kriteria r produk moment dengan kriteria jika rhitung > rtabel maka tes dikatakan valid.
(2)   Reliabilitas tes
Reliabilitas tes adalah  tingkat keterandalan (kepercayaan) suatu tes. Untuk  menghitung reliabilitas tes digunakan rumus kuder dan Richarson atau K-K. 21 :
Keterangan :
        : Reliabilitas tes secara keseluruhan
N         : Banyak siswa 
M         : Mean atau rerata skor total
St2        : Varians total
Dengan kriteria :  
0,00 – 0,20 = kurang
0,21 – 0,40 = cukup
0,41 – 0,70 = baik
0,71 – 1,00 = sangat baik
(Arikunto.S, 2009:103)
(3)   Daya Pembeda 
Daya pembeda digunakan untuk mengetahui kemampuan  suatu tes untuk membedakan antara siswa pandai dengan siswa yang tidak pandai statistik yang digunakan untuk menguji daya beda adalah uji dengan rumus statistik sebagai berikut :
Dengan keterangan :
D         : Besarnya daya pembeda
BA        : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB        : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab salah
JA         : Banyaknya peserta kelompok atas
JB         : Banyaknya subjek kelompok bawah
PA =  = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB =  = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya beda tes dengan kriteria sebagai berikut :
D =  0,0 sampai 0,20 = jelek
D = 0,21 sampai 0,40 = cukup
D = 0,41 sampai 0,70 = baik
D = 0,71 sampai 1,00 = sangat baik  
(Arikuntp.S,:2009:208)
(4)   Taraf kesukaran
Taraf kesukaran dapat dihitung dengan rumus :
P =
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi taraf kesukaran dengan kriteria :
0,00 ≤ P < 0,30     = soal sukar
0,30 < P < 0,70     = soal sedang
0,70 < P 1,00         = soal mudah
(Arikuntp.S:2009:210)
2)      Observasi Aktivitas Siswa
Hal yang diamati adalah aktivitas siswa selama pembelajaran. Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Instrumen yang digunakan adalah lembar pengamatan atau observasi. Tujuan observasi aktivitas siswa adalah untuk melihat aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

3)      Observasi Kemampuan Guru
Hal yang diamati pada observasi guru adalah penguasaan guru terhadap strategi pembelajaran Think-Talk-Write yang diterapkan selama pembelajaran.
4)      Wawancara
Menggunakan panduan wawancara untuk  mengetahui pendapat siswa  dan teman sejawat tentang strategi pembelajaran  Think-Talk-Write.
H.    Teknik Analisis  Data  
Analisis data bertujuan untuk memperoleh makna dari data yang dikumpulkan. Untuk mengolah data pada penelitan ini penulis menggunakan teknik dengan langkah-langkah berikut: 
a.       Menghitung (harga rata-rata) dari tiap variabel dengan menggunakan rumus:
MT + i
Keterangan :
MT = mean terkaan
∑         = jumlah hasil kali frekuensi dengan deviasi duga
i           = interval kelas
N         = jumlah siswa
b.      Menghitung simpangan baku
Menghitung simpangan baku dari setiap data dengan menggunakan rumus :
SD =
Keterangan :
SD = standar deviasi (simpangan baku
i     = interval kelas
∑   = jumlah hasil frekuensi dengan deviasi duga
N   = jumlah siswa
Hasil belajar dilihat dengan menganalisis  nilai  rata-rata setiap siklus selama penelitian dan akan diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel. 2 Tingkat Penguasaan Nilai
No
Skor Mentah  
Kualifikasi Nilai
1
90 – 100
Sangat baik
2
80  – 89
Baik
3
65 – 79
Cukup
4
55 – 64
Kurang
5
0 – 54  
Sangat kurang
(W. Nur Kencana,1986:80)
Pengolahan hasil tes dilakukan dengan menggunakan persamaan :
Dengan PPN adalah  persentase perolehan Nilai.
Hasil belajar siswa  dilihat dengan menganalisa nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, rendah, dan sedang.
c.       Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa
Analisis data pengelolaan observasi ini diperoleh dari kegiatan pembelajaran Think-Talk-Write dengan ketentuan sebagai berikut:
Skor 1 = kurang
Skor 2 = cukup
Skor 3 = baik
Skor 4 = sangat baik
Berdasarkan aktivitas-aktivitas siswa yaitu frekuensi setiap aspek pengamatan dibagi dengan jumlah  frekuensi semua aspek pengamatan x 100% atau persentase aktivita siswa:
     Persetase aktivitas siswa =
d. Analisis Data Kemampuan Guru
            Data dianalisis dengan menghitung rata-rata setiap aspek dari beberapa pertemuan yang dilaksanakan, selanjutnya nilai rata-rata tersebut direfleksikan dengan kriteria sebagai berikut:
Skor 1 = kurang
Skor 2 = cukup
Skor 3 = baik
Skor 4 = sangat baik
I.       Indikator Kinerja
Dalam PTK ini yang  akan dilihat indikator kinerjanya selain siswa  adalah  guru, karena guru merupakan fasilitator yang  sangat berpengaruh terhadap kinerja siswa.
a.       Siswa 
1)      Tes : rata-rata nilai kemampuan  berpikir siswa
2)      Observasi  : keaktifan siswa  dalam proses belajar mengajar
b.      Guru
1)      Dokumentar : kehadiran siswa 
2)      Observasi  : hasil observasi 
J.      Indikator Keberhasilan Siswa 
Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari:
1.      Meningkatnya  hasil belajar siswa  pada mata pelajaran  matematika dengan pokok bahasan yang ditandai dengan tingkat kelulusan belajar siswa  mencapai minimal 75% siswa  telah memperoleh rerata tes minimal 65.
2.      Tolak ukur kinerja guru yang berkaitan dengan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yaitu minimal 75% skenario pembelajaran yang dibuat telah dilaksanakan dengan benar
3.      Meningkatkan kemampuan berpikir siswa yang ditandai dengan  keberanian siswa  dalam merespon dan menanggapi pertanyaan, keaktifan siswa  dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat diketahui dari lembar observasi  siswa  dengan persentase minimal mencapai 75% dari aktivitas siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Ansari, Bansu. (2009), Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Yayasan Pena Banda Aceh Divisi Penerbitan.
Arikunto, Suharsimi. (2009), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 
Dalyono,M. (2005), Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. (2006), Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Kunandar. (2010), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Rajawali Press.
Nuharini, Dewi. (2008), Matematika Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Pramudya, Ahmad. (2006), Menumbuhkan Kematangan Berpikir. Jakarta: Edsa Mahkota.
Sagala, S. (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Slmeto, (2010), Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada ­
Yamin,M dan Ansari, Bansu. (2008), Taktik Mengembangkan Kemampuan  Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press
http://eprints.uny.ac.id/1123/23.terakhir diakses. kamis, 23/02/2012/.jam 11:00