PENERAPAN
STRATEGI PEMBELAJARAN THINK–TALK– WRITE
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI KELAS VIII
SMP NEGERI
6 SIABU TAHUN
PELAJARAN
2011-2012
Proposal Penelitian
Diajukan
Untuk Memenuhi Syarat Untuk
Seminar
Proposal Penelitian
Oleh
ABDULLAH
NPM : 080210.0001
Program Studi : Pendidikan Matematika
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN
PADANGSIDIMPUAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan
penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan juga dapat mempengaruhi perkembanan sumber
daya manusia (SDM) baik dalam aspek kepribadian maupun aspek kehidupan. Penelitian
memiliki kemampuan dalam mengembangkan berbagai potensi secara optimal, yaitu
perkembangan individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik, intelektual,
emmosional, sosial dan spiritual sesuai dengan tahap perkembangan karakteristik
lingkungan fisik dan sosial budaya dimana dia hidup.
Dalam rangka melaksanakan pembangunan di suatu
negara, kegiatan pendidikan tidak bisa diabaikan. Masa depan suatu negara
sangat ditentukan oleh bagaimana negara itu memperlakukan pendidikan. Yang
melakukan pendidikan ujung tombaknya adalah guru. Oleh sebab itu guru yang
berkualitas akan melahirkan pendidikan yang berkualitas dan pada gilirannya
akan menghasilkan manusia yang berkualitas. Namun kenyataannya yang terlihat sekarang adalah mutu pendidikan kita masih sangat ”sakit”,
bahkan di bawah negara yang baru merdeka. Salah satunya terlihat dari Indikator
Human Development Index (HDI) Indonesia diantara 178 negara, pada tahun 2007
negara kita masih berada diperingkat 108.
(Martinis & Bansu, 2008:2)
Suatu
realita yang dijumpai di kelas, ketika berlangsung proses belajar mengajar,
nampak sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru mengajar. Selama proses
pembelajaran guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga masih
banyak siswa yang belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran
lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa
baru mampu mempelajari fakta, teori dan gagasan lainnya pada tingkat ingatan.
Mereka belum dapat menggunakan dan menerapkan secara efektif.
Kalau masalah ini dibiarkan
dan berlanjut terus, maka generasi penerus bangsa kita akan sulit bersaing
dengan generasi penerus yang datang dari berbagai negara lain. Untuk itu rantai
panjan yang merupakan preseden buruk
dunia pendidikan kita harus diputuskan melalui perubahan paradigma
pembelajaran, yaitu dari teacher centered
beralih ke student centered termasuk
pembelajaran matematika.
Matematika merupakan ilmu yang
sangat penting dipelajari, karena matematika merupakan bidang studi yang dipelajari
oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga diperguruan tinggi.
Matematika juga merupakan sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan kemampuan
berpikir logis, sistematis, analitis, kritis dan kreatif serta kemampuan
bekerja sama. Hal ini sejalan dengan pendapat Cockroft dalam Abdurrahman yang
menyatakan bahwa:
“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena
(1) selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas (4) dapat
digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan
kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran, keruangan dan (6)
memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.”
(Abdurrahman,
2009:253)
Dari kutipan tersebut, dapat
dikatakan bahwa matematika memegang peranan penting dalam pendidikan, dan
menuntut penalaran dan pemahaman konsep bukan semata-mata hanya menghapal
karena matematika serba kompleks dan memerlukan kemampuan berpikir untuk
menganalisanya. Untuk itu seorang guru matematika perlu memilih strategi
pembelajaran yang tepat pada saat menyampaikan.
Mengamati tujuan pembelajaran
matematika, sudah sepantasnya pembelajaran yang berpusat pada guru dirubah ke
arah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada
guru menganut paradigma tranfer of
knowledge yang beranggapan bahwa
siswa merupakan objek atau sasaran belajar, sehingga dalam proses pembelajaran
berbagai usaha lebih banyak dilakukan
oleh guru, mulai dari mencari, mengumpulkan, memecahkan dan menyampaikan
informasi yang dibutuhkan agar peserta didik memperoleh pengetahuan.
Ruseffendi dalam Bansu, Ansari
mengemukakan bahwa: “Bagian terbesar dari matematika yang diperoleh siswa di
sekolah tidak diperoleh melalui eksplorasi matematika, tetapi melalui
pembelajaran.”
(Bansu, Ansari,
2009:2)
Dari pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar ilmu matematika yang diperoleh siswa di
sekolah diperoleh melalui pemberitahuan bukan dengan pengolahan matematika yang
menuntut adanya penalaran dan pemahaman konsep, sehingga pembelajaran kurang
melibatkan siswa secara aktif dan siswa tidak dapat menggunakan kemampuannya
secara optimal dalam menyelesaikan masalah matematika.
Salah satu pembelajaran yang
dapat mendorong siswa agar dapat meningkatkan kualitas intelektualnya adalah
dengan pembelajaran matematika bermakna. Disini siswa tidak hanya belajar untuk
mengetahui sesuatu tetapi juga belajar memahami permasalahan yang ada. Tugas
dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi tetapi sebagai pendorong
siswa belajar agar dapat mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya melalui
berbagai aktifitas seperti pemecahan masalah, kemampuan berpikir dan
komunikasi.
Dari hasil wawancara dan
observasi yang penulis lakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika di
SMP N 6 Siabu, diperoleh beberapa kekurangan yaitu, guru masih menerapkan model
pembelajaran tradisional yang pada tahap pelaksanaannya dimulai dari
menjelaskan materi, menyuruh siswa menurunkan rumus dari buku yang dilanjutkan
dengan latihan soal, sehingga pembelajaran yang berlangsung hanya interaksi
antar siswa dan guru sedangkan interaksi antar siswa dengan siswa masih kurang.
Proses pembelajaran seperti di atas cenderung didominasi oleh guru, siswa kurang
diberikan kesempatan untuk memikirkan dan mengembangkan konsep diri serta
mengembangkan kemampuan berpikirnya sehingga kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa kurang berkembang.
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa guru menganggap siswa sebagai objek atau sasaran
berlajar, sehingga dalam proses pembelajaran berbagai usaha lebih banyak
dilakutkan oleh guru, mulai dari mencari, mengumpulkan, memecahkan dan
menyampaikan informasi yang ditunjukkan agar peserta didik memperoleh
pengetahuan. Kurangnya kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dalam
pembelajaran matematika dapat dilihat dari hasil tes diagnostik yang diujikan
kepada siswa Kelas VIII SMP Negei 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011/2012. Pada pokok
bahasan lingkaran menunjukkan bahwa: dari 37 orang siswa, dalam satu kelas
diperoleh data dengan kriteria sangat baik 0%, kriteria baik 13, %, kriteria
cukup 21,6%, kriteria kurang 43,2% dan kriteria sangat kurang 21,6%. Salah satu
soal yang diberikan kepada siswa sebagai tes diagnostik yaitu: Pak Banda
berjalan mendorong gerobak buburnya sehingga rodanya berputar sebanyak 100 kali. Berapakah
panjang lintasan roda gerobak jika diameter rodanya 1,4 m (dengan π = ).
Dik :
Diameter roda = 1,4 m
Banyak putaran roda = 100 kali
Dit :
Panjang lintasan roda gerobak ?
Cara
– 1
Langkah pertama menentukan
keliling roda:
K = πd
= x 1,4 m
= 4,4 m
Langkah kedua menentukan panjang
litantasan = keliling roda x banyak putaran
= 4,4 m x 100 kali
= 440 m
Jadi, panjang lintasan roda gerobak adalah 440 m
|
Cara
ke – 2
Langkah pertama menentukan
keliling roda. Karena diameter
= 1,4 m
maka r = ½ d = ½ x 1,4 m
= 0,7 m
K = 2 πr
= 2 x x 0,7
= 4,4 m
Langkah kedua menentukan panjang
litantasan = keliling roda x banyak putaran
= 4,4 m x 100 kali
= 440 m
|
Dari hasil tes diagnostik di
atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematika siswa masih
rendah. Untuk itu sangat dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang dapat
menggali potensi siswa, meningkatkan interaksi dan keaktifan siswa yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan
berpikir siswa.
Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah dengan menerapkan
strategi yang lebih cocok dilakukan oleh guru. Strategi pembelajaran yang
sebaiknya digunakan adalah strategi pembelajaran Think – Talk – Write. Dimana strategi ini dapat menumbuhkembangkan
kemampuan berpikir siswa. Menurut Yamin,
M dan Ansari, I.B bahwa:
“Suatu aktivitas yang diharapkan dapat diterapkan untuk
menumbuhkembangkan kemampuan berpikir atau kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematika siswa yaitu dengan menerapkan
strategi pembelajaran Think – Talk –
Write. Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughun menyebutkan
alasan bahwa strategi pembelajaran Think
– Talk – Write ini membangun secara mengorganisasikan ide-ide serta
mengetes ide tersebut sebelum siswa diminta untuk menulis”.
(Martinis & Bansu,
2008:85)
Dalam hal ini strategi
pembelajaran Think – Talk – Write
merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat dikembangkan dan
diterapkan dalam memecahkan masalah pada pokok bahasan lingkaran karena pokok
bahasan ini menuntut adanya kemampuan berpikir.
Penerapan strategi
pembelajaran Think – Talk – Write
pada pokok bahasan terlebih dahulu siswa membaca, memikirkan, dan merancang
bagaimana cara menyelesaikan soal yang hasilnya dituliskan dalam buku catatan
kecil atau buku buram. Setelah itu siswa
berdiskusi dalam kelompok kecil yang beranggotakan 3 sampai 5 orang
siswa yang dipimpin oleh seorang
siswa yang ditunjuk. Akan tetapi semua
siswa dalam kelompok mendapat giliran
untuk mengeluarkan ide atau pendapat dan mendengar ide temannya, untuk
mengukuhkan hasil diskusi. Kemudian masing-masing siswa menuliskan kembali hasil diskusi tersebut
pada buku masing-masing.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa
strategi pembelajaran Think – Talk –
Write menenkankan pengetahuan persyaratan sebelumnya untuk menyelesaikan
kesulitan siswa dalam menyelesaikan Lingkaran
serta sangat merespon siswa agar dapat menggali
dan mengembangkan potensi dirinya secara optimal, sehingga kemampuan berpikir
siswa meningkat. Strategi ini sangat menguntungkan siswa , karena dengan
strategi pembelajaran tersebut setiap siswa
dapat dikembangkan semaksimal mungkin.
Sehubungan dengan uraian di
atas, maka penulis berinisiatif melakukan suatu penelitian tentang strategi apa yang lebih tepat digunakan dalam
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Salah satu
strategi yang penulis anggap tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreratif siswa adalah strategi pembelajaran Think
– Talk – Write. Dengan demikian penelitian ini dirumuskan dengan judul : ”Penerapan Strategi Pembelajaran Think – Talk – Write Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 6 Siabu Tahun
Pelajaran 2011-2012”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
- Kemampuan
berpikir kreatif siswa masih rendah
- Siswa
kurang diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.
- Metode
pembelajaran yang digunakan masih bersifat tradisional yang dimulai dengan
menjelaskan materi, memberi contoh yang dilanjutkan dengan latihan soal.
- Kurangnya
keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.
- Interaksi
antara siswa dan siswa dalam
pembelajaran masih kurang.
C.
Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam
penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka perlu adanya pembatasan masalah.
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah penerapan strategi pembelajaran Think-Talk-Write untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII pada pokok bahasan lingkaran di SMP
Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi,
dan batasan masalah di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah penerapan strategi pembelajaran Think-Talk-Write dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa pada pokok bahasan lingkaran di Kelas VIII SMP
Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012?
2. Apakah penerapan strategi pembelajaran Think-Talk-Write dapat meningkatkan
kemampuan aktivitas belajar matematika siswa di Kelas VIII SMP Negeri 6 Siabu
Tahun Pelajaran 2011-2012?
3. Bagaimana kemampuan guru mengelola
pembelajaran matematika dengan menerapkan strategi pembelajaran Think-Talk-Write di Kelas VIII SMP
Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012?
E.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah penerapan strategi
pembelajaran Think-Talk-Write dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pokok bahasan lingkaran di
Kelas VIII SMP Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012.
2. Untuk mengetahui apakah penerapan strategi
pembelajaran Think-Talk-Write dapat
meningkatkan kemampuan aktivitas belajar matematika siswa di Kelas VIII SMP
Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012.
3. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan guru
mengelola pembelajaran matematika dengan menerapkan strategi pembelajaran Think-Talk-Write di Kelas VIII SMP
Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012.
F.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
- Bagi
Siswa, dengan penerapan strategi pembelajaran Think – Talk – Write diharapkan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
- Bagi
Guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, menambah
wawasan, dan pengalaman dalam menyiapkan strategi pembelajaran Think-Talk-Write
dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
- Bagi
pimpinan sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran matematika.
- Bagi
peneliti, sebagai bahan masukan selaku calon guru matematika khususnya
pada pokok bahasan lingkaran.
- Sebagai
bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang
sejenis.
G.
Defenisi Operasional
- Strategi
pembelajaran Think – Talk – Write
adalah strategi pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan kemampuan
berpikir siswa.
Fase pembelajaran Think-Talk-Write yaitu berpikir,
berdiskusi, menulis.
- Kemampuan
berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan banyak kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah. Aspek kemampuan berpikir kreatif yaitu
kelancaran, keluwesan, penguraian.
BAB II
KERANGKA
TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kerangka Teoritis
1.
Hakekat Belajar dan Pembelajaran
Matematika
a. Pengertian Belajar
Belajar
adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam keadaan sadar yang menghasilkan
perubahan tingkah laku yang kreatif menetap. Gagne dalam Bansu1, Ansari
berpendapat bahwa :
”Belajar
merupakan proses yang memungkinkan individu untuk mengubah tingkah laku secara
permanen sehingga perbuatan yang sama tidak akan terjadi pada keadaan yang
baru.”
(Bansu I, Ansari.
2009 : 32)
Selanjutnya
Brownell dalam Bansu1, Ansari menyebutkan bahwa: ”Belajar itu merupakan suatu
proses yang bermakna”.
(Bansu I, Ansari.
2009 : 39)
Menurut
pengertian di atas, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas
dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan pengubahan tingkah laku yang relatif tetap.
Pendapat lain
tentang belajar dikemukakan oleh Ausuba dalam Bansu1;Ansari bahwa :
”Belajar akan bermakna apabila informasi yang
hendak dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki siswa,dengan demikian siswa akan menghubungkan informasi baru tersebut
dengan informasi yang telah dimilikinya”.
(Bansu I, Ansari.
2009 : 1)
Sementara
watson bakyono berpendapat bahwa:’’belajar merupakan proses terjadinya
refleks-refleks atau respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti.”
(M. Dalyono. 2005
: 32)
Menurut
Gagne dalam dimyati belajar adalah: ”kegiatan individu memperoleh
pengetahuan,sikap, keterampilan dan nilai dengan cara mengolah bahan ajar ”.
(Dimyati dan
Mudjiono, 2006 : 10)
Dari
beberapa pendapat diatas pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses yang ditandai dengan perubahan tngkah laku yang relatif tetap
yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman,
sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, perubahan aspek-aspek lain yang
ada pada individu yang belajar.
Menurut
Slameto faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu:
1. Faktor intern
Dalam faktor intern ini akan
dibahas tiga faktor, yaitu:
a. Faktor jasmani, terdiri dari
1) Faktor kesehatan
Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya proses belajar seseorang akan
terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia cepat lelah,
kurang bersemangat, ngantuk. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan
ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat dan lain-lain.
2) Cacat tubuh
Cacat tubuh
adalah suatau yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai
tubuh/badan .
b. Faktor psikologis yang terdiri dari :
inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan.
c. Faktor kelelahan
Faktor
kelelahan sangat penting mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan
baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajaarnya.
2. Faktor ekstern
Faktor-faktor
ekstern yang mempengaruhi terhadap belajar ada 3 faktor, yaitu:
a. Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara
orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi.
b. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup: metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, dan sebagainya.
c. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang mempengaruhi belajar siswa seperti
kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
(Slameto: 2010:54)
b. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha dalam merancang kegiatan yang
akan dilaksanskan dalam proses Belajar mengajar. Pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah ,mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai
pendidik,sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep
pembelajaran menurut Corey dalam sagala:
”Pembelajaran adalah dl suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi
tertentu, pembangunan merupakan subset khusus dari pendidikan.”
(Syaiful Sagala, 2009:61)
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Sagala
pembelajaran adalah: ”Kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.”
UUSPN No.
20 Tahun 2003 dalam Syaiful Sagala menyatakan pembelajaran adalah
:”proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumbre belajar pada
suatu lingkungan belajar.”
(Syaiful Sagala,
2009:62)
Berdasarkan
uraian di atas, maka pembelajaran dapat diartikan sebagai proses belajar
yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreatifitas berpikir yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan
yang baik terhadap materi pelajaran.
Pendapat
lain tentang pembelajaran dikemukakan oleh Knirk dan Ggustafson dalam Syaiful
Sagala bahwa :”pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika melainkan sudah
melalui tahapan perancangan pembelajaran”.
(Syaiful Sagala,
2009:64)
Dengan
demikian pembelajaran adalah setiap
kegiatan yang dirancang oleh guru untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan.
Pelaksanaan dan evaluaasi dalam konteks belajar mengajar.
Dalam
pembelajaran, guru harus memahmi hakekat pelajaran yang diajarkan sebagai suatu pelajaran siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir
siswa dan memahami berbagai model
pembelajaran untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.
Hal ini
menggambarkan bahwa orang yang berpengetahuan adalah orang yang
terampil memecahkan masalah, mampu berrikteraksi dengan lingkungannya
dan menarik generalisasi dengan benar. Jadi, belajar dan pembelajaran diarahkan
untuk membangun kemampuan berpikir dan kemampuan menguasai materi pelajaran,
dimana pengetahuan itu sumbernya dari luar diri, tetapi dikonstruksikan dalam
diri individu siswa.
Pembelajaran mempunyai dua
karakteristik yaitu :
1. Dalam proses pembelajaran melibatkan
proses mental siswa secara maksimal,
bukan hanya menuntut siswa mendengar dan
mencatat, akan tetappi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir.
2. Dalam pembelajaran membangun suasana
dialogis proses tanya jawab terus-menerus yang
diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa,
sehingga dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan yang mereka
konstruksi sendiri.
(Syaiful Sagala, 2009:63)
Proses
pembelajaran atau pengajaran kelas (classroom
Teaching) menurut Dunkin dan Bidde yang
dikutip dalam buku Sagala terdapat empat variabel interaksi, yaitu :
1. Variabel pertanda (presage variables)
berupa pendidik.
2. Variabel konteks (contex variables) berupa
interaksi peserta didik dengan pendidik.
3. Variabel Proses (process variables) berupa
interaksi peserta didik dengan pendidik
4. Variabel produk (product variables) berupa
perkembangan peserta didik dalam jangka pendek walaupun jangka panjang.
(Syaiful, Sagala, 2009:63)
Dalam hal
ini, dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi inti dalam proses pembelajaran adalah adanya interaksi pendidik dengan peserta
didik. Dengan demikian, pembelajaran adalah
setiap kegiatan yang dirancang
oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan,
pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.
c. Pengertian Matematika
Banyak
orang yang mempertukarkan antara matematika dengan aritmatika atau berhitung.
Padahal, matematika memiliki cakupan yang
lebih luas daripada aritmatika. Aritmatika hanya merupakan bagian dari
matematika.
Menurut
Johnson dan Myklebust dalam Mulyono, ”matematika adalah bahasa simbols yang fungsinya praktisnya untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya
adalah untuk memudahkan berpikir.”
(Mulyono, Abdurrahman, 2009:252)
Lerner
dalam Mulyono mengemukakan bahwa, ”matematika disamping sebagai bahan simbolis
juga merupakan bahasa universal yang
memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide
mengenai elemen dan kuantitas.”
(Mulyono,
Abdurrahman, 2009:252)
Selanjutnya
Kune dalam Mulyono berpendapat bahwa, ”matematika merupakan bahasa simbolis dan
ciri utamanya adalah penggunaan cara
bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.”
(Mulyono,
Abdurrahman, 2009:252)
Dari
berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang berfungsi untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan yang memungkinkan manusia untuk berpikir baik
secara deduktif maupun induktif.
2.
Hakekat Kemampuan Berpikir
Kreatif
Berpikir
merupakan sekumpulan keterampilan kompleks yang dapat dilatih sejak usia dini.
Sebagaimana pendapat Suryabrata: “Berpikir merupakan proses aktif dinamis yang
bersifat ideasional dalam rangka pembentukan pengertian, pendapat, dan
kesimpulan.”
Liyne
(2008) berpendapat bahwa: ”Berpikir kreatif matematis merujuk pada kemampuan
untuk menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru terhadap masalah
matematika yang bersifat terbuka.”
Selanjutnya
Holland (2005) mengemukakan bahwa: ”Aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif
matematis yaitu, kelancaran, keluwesan, keaslian, elaborasi dan
sensitivitas.”
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis
adalah kemampuan untuk menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru
terhadap masalah matematika yang bersifat terbuka dengan aspek-aspeknya yaitu
kelancaran, keluwesan, keaslian, eloborasi dan sensitivitas.
Menurut M.
Dalyono berpikir adalah : “Termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya
orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu”.
(M. Dalyono,
2005:224)
Sesungguhnya
kemampuan berpikir kreatif pada dasarnya
dimiliki semua orang. Berpikir kreatif adalah
kemampuan untuk menciptakan
gagasan-gagasan baru. Bahkan pada orang yang
merasa tidak mampu menciptakan ide baru pun sebenarnya bisa berpikir
secara kreatif, asalkan dilatih. Kemampuan
berpikir kreatif antara lain
diambil contoh sebagai berikut :
a. Kemampuan
memikirkan lapangan kerja baru, mampu menyerap banyak tenaga kerja,
misalnya : konsepsi padat karya, peningkatan daya serap wisatawan asing dalam
paket prawisata dan lain-lain.
b. Kemampuan
memikirkan konsepsi peningkatan pemakaian produksi dalam negeri dikalangan
bangsa sendiri.
(Ahmad Promudya,
2006:185)
Dari
berbagai persyaratan di atas, sudah lebih meyakinkan bahwa belajar itu berupa
proses berpikir yang aktif sehingga
menghasilkan penemuan untuk sebuah tujuan, dan tujuannya dalam hal ini adalah kemampuan / kompetensi. Kemudian bisa
dikatakan pula bahwa peningkatan kemampuan
berpikir itu sama dengan hasil belajar.
Berdasarkan
analisis Guilford, ada lima faktor yang menjadi ciri kemampuan berpikir
kreatif, yaitu:
1. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.
2. Keluwesan (fleksibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam
pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
3. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetus gagasan dengan
cara-cara asli dan tidak klise.
4. Penguraian (elaboration), adalah kemampuan untuk menguraikan suatu secara lebih
rinci.
5. Perumusan kembali (redefinition), adalah kemampuan untuk meninjau suatu persoalan
berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh orang
banyak.
Dalam
mengelola kegiatan pembelajaran, guru perlu merencanakan tugas dan alat belajar
yang menantang. Pemberian umpan balik,
belajar kelompok dan penyediaan program penilaian yang memungkinkan siswa mampu untuk unjuk kemampuan sebagai hasil
belajar. Tugas menantang dalam hal ini merupakan seperangkat pertanyaan
yang mendorong siswa bernalar atau melakukan kegiatan ilmiah.
Dengan
demikian ada empat hal yang perlu
dikuasai oleh guru agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Menurut Yamin, M
& Ansari,I,B : hal tersebut adalah :
- Penyediaan
pertanyaan yang merangsang
siswa berpikir dan berproduksi
Kategori
pertanyaan yang termasuk jenis
pertanyaan ini dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
Tabel. 1 Kategori pertanyaan yang merangsang siswa berpikir berproduksi
Kategori pertanyaan
|
Arti
|
Contoh
|
Terbuka
|
Pertanyaan yang memiliki lebih dari satu
jawaban
|
Mengapa segitiga ini disebut segitiga
sama sisi
|
Tertutup
|
Pertanyaan yang memiliki hanya satu
jawaban benar
|
Berapakah luas segitiga sembarangan ini?
|
Produktif
|
Pertanyaan yang hanya dapat dijawab melalui pengamatan,
percobaan atau penyelidikan
|
Apa nama benda itu.
|
Tidak produktif
|
Pertanyaan yang dapat dijawab hanya
dengan melihat, tanpa melakukan pengamatan, percobaan atau penyelidikan
|
Apa nama benda itu
|
Imajinatif
|
Interpretatik pertanyaan yang jawabannya
di luar benda/gambar/kejadian yang
diamati
|
Diperlihatkan gambar gadis termenung di pinggir jalan kemudian diajukan
pertanyaan. Apa yang sedang dipikirkan
gadis tersebut.
|
Faktual
|
Pertanyaan yang jawabannya dapat dilihat pada benda/
kejadian yang diamati
|
Apa yang
dipakai gadis tersebut.
|
- Penyediaan umpan balik yang bermakna
Umpan balik
adalah respon atau reaksi guru terhadap
perilaku siswa. Apa yang dilakukan guru
ketika siswa bertanya? Ketika siswa berpendapat? Ketika siswa membuat kesalahan? Umpan balik yang baik adalah
respon guru yang bersifat tidak
menvonis ”salah”, ”bukan”, ”tidak”, ”baik”, atau ”betul”, merupakan umpan balik
yang menvonis. Contoh umpan balik
yang tidak menvonis.
”Perilaku siswa
bertanya : ”Bu, apakah segitiga hanya memiliki tiga
sudut?”
”Umpan balik dari guru : ”menurut ananda
bagaimana?”
- Berpikir secara kelompok
Cara ini
akan dapat mengaktifkan siswa, menjalin kerjasama diantara siswa dan menjadikan siswa lebih mandiri.
- Penyediaan Penilaian
Menilai
adalah mengumpulkan informasi tentang
kemajuan belajar siswa, tentang apa yang
sudah dikuasai dan belum dikuasai siswa. Penilaian tersebut diperlukan
agar guru dapat menentukan kegiatan atau bantuan apa yang harus diberikan berikutnya kepada siswa agar
pengetahuan, kemampuan, dan sikap mereka lebih berkembang..
(Martinis & Bansu,
2008:30-37)
3.
Hakekat Pembelajaran Model Think-Talk-Write
Supaya
proses pembelajaran berjalan secara optimal maka diperlukan adanya rencana
pembuatan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang diharapkan dapat
menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa adalah
strategi think-talk-write (TTW).
Menurut Huinker&Laughun dalam buku Martinis dan Bansu mengemukakan bahwa:
“Strategi think-talk-write adalah strategi pembelajaran yang pada dasarnya
dibangun melalui berpikir, berbicara dan menulis.”
(Martinis&Bansu, 2008:84)
Dari uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi Think-Talk-Write
(TTW) adalah strategi pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan kemampuan
pemahaman dan komunikasi matematik siswa yang dilaksanakan melalui tiga tahap
yaitu berpikir, berdiskusi dan menulis.
Alur
kemajuan strategi Think-Talk-Write
dimulai dari keterlibatan siswa dalam
berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca,
selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum
menulis. Sehingga kegiatan siswa
yang belajar dengan strategi Think-Talk-Write dilakukan secara
bertahap sebagai berikut :
a. Think (berpikir)
Ada suatu
mata rantai yang terkait antara
kemampuan berpikir (membaca),diskusi,
dan menulis siswa yang rajin membaca namun enggan menulis akan
kehilangan arah. Demikian juga sebaliknya, jika siswa yang
gemar menulis namun enggan membaca akan berkurang makna tulisannya,
yang lebih baik adalah jika seseorang yang gemar membaca dan suka berdiskusi (dialog)
kemudian menuangkannya dalam tulisan, maka akan memantapkan hasil tulisannya.
Kemampuan membaca dalam topik-topik
tertentu kemudian mengelaborasikan topik-topik tersebut dan menyimpulkannya
merupakan aspek penting untuk melihat keberhasilan berpikir siswa.
Menurut
Dahar yang dikutip olehAnsari
menjelaskan :
Bila kepada siswa –siswa yang
tergolong atas (kemampuan baik)
diberi tugas membaca, mereka akan melakukan elaborasi (pengembangan) apa
yang telah dibaca. Ini berarti siswa
secara individu memikirkan gagasan, contoh-contoh dan konsep-konsep lain yang
berhubungan. Oleh karena itu, Think
adalah siswa secara individual membaca, berpikir dan
menuliskan hal-hal penting dari bahan pembelajaran yang disajikan dengan buku paket.
(Bansu I, Ansari,
2009:66)
b. Talk (berdiskusi)
Talk
(berbicara atau berdiskusi) memberikan kesempurnaan kepada siswa untuk merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi sharing) ide-ide dalam
kegiatan diskusi kelompok.
Dalam
diskusi perlu memiliki keterampilan komunikasi lisan (oral-communication skill) yang
dapat dilakukan dengan latihan secara teratur. Ada beberapa latihan
yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi lisan (oral
communication skill), antara lain :
1) Menggunakan presentasi di kelas oleh
siswa untuk membicarakan tentang ide-ide
yang terdapat pada bacaan
2) Menggunakan group kecil (small-group) untuk memberi latihan problem
solving dalam setiap group diberi soal yang
berbeda dan setiap grup berdiskusi kemudian menuliskan laporan
penyelesaian.
3) Menggunakan permainan matematika (games). Permainan ini selain
menyenangkan juga dapat meningkatkan retensi anak.
Dari
tahap-tahap di atas menunjukkan bahwa diskusi dapat menyadarkan siswa mengapa
jawabannya salah dan membantu siswa melihat jawaban yang benar. Sehingga hasil diskusi dapat
menjelaskan kepada siswa gambaran
bermacam-macam strategi dan proses yang
di inginkan siswa untuk
memecahkan masalah.
Oleh karena
itu, Talk ialah siswa yang mengkomunikasikan hasil kegiatan membacanya
pada tahap Think melalui diskusi dalam kelompoknya yang terdiri dari 3-5 siswa.
c. Write (menulis)
Menulis
adalah proses bermakna karena siswa secara aktif membangun hubungan antara
yang dipelajari dengan apa yang sudah mereka ketahui. Menulis dapat membantu
siswa membentuk pemahaman secara
implisit dan berpikir lebih eksplisit sehingga mereka dapat melihat dan
merefleksikan pengetahuan dan pikirannya. Sehingga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman dalam matematika berarti
meminta mereka membangun jaringan mental, dan kebiasaan menulis merupakan alat
untuk membangun mental tersebut.
Sedangkan
dari shield yang dikutip oleh Ansari mengemukakan ada 5 langkah yang harus dilakukan siswa agar tulisan siswa bermutu, yaitu :
- Tuliskan
solusi kamu agar pembaca tahu tidak ada masalah dengan masalah.
b. Tunjukkan semua pekerjaan matematika kamu,
termasuk perhitungannya.
c. Organisasikan semua pekerjaan kamu ke
dalam langkah-langkah penyelesaian atau dengan berbagai cara seperti diagram,
grafik, dan tabel agar mudah dibaca.
d. Koreksi pekerjaan kamu sehingga kamu yakin
tidak ada kata yang penting dan perhitungan yang tertinggal.
e. Yakinlah bahwa pekerjaan kamu terbaik,
dapat dimengerti dan asli.
(Ansari, I,B,
2009:68)
Oleh karena
itu, Write ialah siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari kegiatan berpikir dan
berdiskusi.
1. Penggunaan Strategi Think – Talk – Write sebagai Suatu Strategi Pembelajaran
Suatu
strategi pembelajaran yang diharapkan
dapat menumbuh kembangkan kemampuan berpikir (pemahaman) dan komunikasi matematika
siswa adalah strategi pembelajaran Think – Talk – Write (TTW). Suasana
belajar dengan menggunakan strategi ini dilakukan dalam kelompok heterogen yang
terdiri dari 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, mendengar dan membagi ide
bersama temannya kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
Aktivitas
berpikir (think) dapat dilihat dari proses membaca kemudian membuat catatan apa
yang telah dibaca. Dalam membuat/menulis catatan siswa membedakan dan mempersatukan ide yang
disajikan dalam teks bacaan, kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri.
Menurut
Wiederhold dalam buku Ansari I.B. dan Yamin, M menyatakan bahwa :“membuat
catatan berarti menganalisiskan tujuan isi teks, memeriksa bahan-bahan yang
ditulis dan merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah
membaca”.
(Martinis
& Bansu, 2008:85)
Setelah
tahap ”think” selesai dilanjutkan dengan tahap ”talk” yaitu berkomunikasi
dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Guru sering
mendengar keluhan siswanya, “I can do it,
but I can’t explain it”. Doing adalah important, but students understanding and
communicating what they are doing is more important.
Menurut
Huingker dan Laughlin dalam buku Ansari, I. B & Yamin, M : “berkomunikasi dapat berlangsung secara
alami, tetapi menulis tidak dan berkomunikasi dalam suatu diskusi dapat
membantu kolaborasi dan meningkatkan aktivitas belajar siswa”.
(Martinis &
Bansu, 2008:86)
Selanjutnya
tahap “write” yaitu menuliskan hasil
diskusi pada lembar kerja yang disediakan (Lembar Aktivitas Siswa). Aktivitas
menulis berarti mengkonstruksikan ide yang akan membantu siswa dan membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa.
Dalam upaya meningkatkan mutu dan proses
pembelajaran matematika dengan
menggunakan strategi Think – Talk – Write
dirancang suatu desain pembelajaran beserta langkah-langkahnya sebagai berikut:
Gambar 1 Desain Pembelajaran
Dengan Strategi TTW
(Ansari, I,B, 2009:73)
Langkah-langkah
pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write :
1. Guru membagi siswa yang
memuat situasi masalah yang
bersifat open-ended dan
petunjuk serta prosedur pelaksanaannya
2. siswa
membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual
untuk dibawa ke forum diskusi think
3. Siswa
berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk).
4. Siswa
mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write).
(Martinis & Bansu, 2008:90)
Peranan dan
tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi Think-Talk-Write sebagaimana yang
dikemukakan Silver & Smith dalam Yamin, M & Ansari, I.B adalah :
1. Mengajukan pertanyaan dan tugas yang
mendatangkan keterlibatan, dan menantang setiap siswa berpikir.
2. Mendengar secara hati-hati ide siswa
3. Menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan
4. Memutuskan apa yang digali dan dibawa
siswa dalam diskusi
5. Memutuskan kapan memberi informasi,
mengklarifikasikan persoalan-persoalan, menggunakan model, membimbing dan
membiarkan siswa berjuang dengan
kesulitan.
6. Memonitoring dan menilai prestasi
siswa dalam diskusi, dan memutuskan
kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa
untuk berpartisipasi.
(Martinis & Bansu, 2008:90)
2. Format Pembelajaran dengan Strategi TTW
Setelah
memahami alur pembelajaran matematika
berdasarkan strategi Think-Talk-Write,
persoalan berikutnya adalah bagaimana
guru menerapkannya dalam kelas.
NCTM dan
Bansu I, Ansari mengemukakan bahwa,
Terdapat enam standar pembelajaran matematika yang memungkinkan guru untuk mencapai visi dan
evaluasi standar kurikulum yang
mempunyai misi meningkatkan kompetensi siswa untuk mencapai wawasan
dalam hal menelaah/menalar, mengkreasikan dan memecahkan masalah, mengikutkan
matematika baik dalam matematika sendiri, bidang lain maupun dalam konteks
dunia nyata.
(Martinis & Bansu, 2009:74)
Adapun
keenam standar pembelajaran matematika
yang dimaksud adalah:
- Tugas
matematika yang relevan
- Peranan
guru dalam diskusi / percakapan
- Peranan
siswa dalam diskusi /
percakapan
- Alat
yang digunakan untuk meningkatkan
diskusi / percakapan
- Lingkungan belajar
- Menganalisis
proses belajar mengajar
(Bansu I, Ansari, 2009:74)
Berdasarkan
keenam standar pembelajaran tersebut di
atas, maka dibuat suatu format pembelajaran
matematika yang mengandung empat
kategori :
1. Tugas. Guru merancang tugas matematika
yang bermakna yang memungkinkan siswa
menunjukkan proses dan menjelaskan alasan pengerjaannya. (open-ended
task). Ada tiga bagian tugas yang disediakan yaitu tugas untuk memahami konsep,
latihan dan penerapan, serta penyelesaian berbagai tipe/bentuk soal
komunikatif.
2. Diskusi / percakapan; guru menentukan
esensi ”Think – Talk – Write” yaitu :
guru dalam diskusi / percakapan, peranan dan tugas siswa dalam diskusi / percakapan, alat bantu yang
memudahkan diskusi / percakapan.
3. Lingkungan (envorcement). Guru mewujudkan
lingkungan belajar yang kondusif.
4. Penilaian (Assement)). Guru melakukan
penilaian terhadap hasil pembelajaran, yaitu mengenai tugas yang diberikan,
diskusis dan lingkungan belajar untuk pedoman pada pembelajaran berikutnya.
(Bansu
I,Ansari, 2009 : 75)
B.
Penerapan Materi Lingkaran dalam Strategi
Pembelajaran Think-Talk-Write
Sejak zaman
babilonia, manusia sudah terkagum-kagum oleh bangun matematika yang dinilai
sebagai bentuk yang sempurna, yaitu lingkaran. Lingkaran terjadi secara alami
di alam semesta, mulai dari riak air sampai cahaya bulan. Di alam sering kali
terbentuk apabila permukaan datar dipengaruhi oleh gaya yang bekerja merata ke
seluruh arah. Misalnya saat sebuah kelereng jatuh ke dalam air dan menghasilkan
gelombang yang menyebar rata ke segala arah sebagai rangkaian riak yang membentuk
lingkaran.
Materi
lingkaran ini cocok diterapkan dengan strategi pembelajaran Think-Talk-Write karena mempunyai cara
penyelesaian soal yang bervariasi dan cocok diselesaikan secara kelompok.
Lingkaran adalah kurva tertutup sederhana yang merupakan tempat kedudukan
titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu titik tertentu. Jarak yang sama
tersebut dinamakan jari-jari lingkaran dan titik tertentu disebut pusat
lingkaran.
Lingkaran
Lingkaran
adalah kurva tertutup sederhana yang merupakan tempat kedudukan titik-titik
yang berjarak sama terhadap suatu titik tertentu. Jarak yang sama tersebut
dinamakan jari-jari lingkaran dan titik tertentu disebut titik pusat lingkaran.
Tahap 1. Think
(berpikir)
Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk memikirkan sebuah
benda lingkaran untuk menemukan unsur dan bagian-bagian lingkaran.
1.
Unsur dan Bagian-bagian Lingkaran
Untuk memudahkan pemahaman mengenai unsur
dan bagian-bagian lingkaran maka perhatikan gambar disamping.
v Titik O disebut titik pusat
v dan disebut jari-jari lingkaran yaitu garis yang menghubungkan
titik pusat dan titik pada keliling lingkaran.
v disebut garis tengah
atau diameter yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik pada keliling
lingkaran dan melalui titik pusat lingkaran, karena diameter = dimana = jari-jari (r)
lingkaran, sehingga diameter (d) = 2 x jari-jari (r) atau d = 2r.
v disebut tali busur
yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik pada keliling lingkaran tapi
tidak melalui titik pusat lingkaran.
v ┴ tali busur dan ┴ disebut apotema yaitu
jarak terpendek antara tali busur dan pusat lingkaran.
v Garis lengkung AC, BC, dan AB disebut
busur lingkaran yang dibagi menjadi dua bagian yaitu busur besar dan busur
kecil seperti busur yang terlihat pada gambar di samping.
-
Busur
kecil adalah busur AB yang panjangnya kurang dari setengah keliling lingkaran.
-
Busur
besar yaitu busur AB yang lebih dari setengah lingkaran.
v Daerah yang dibatasi oleh dua jari-jari, , dan serta busur BC disebut
juring lingkaran, juring terbagi menjadi juring besar dan juring kecil untuk
lebih memahami. Perhatikan gambar di samping.
v Daerah yang dibatasi oleh tali busur dan busurnya disebut tembereng. Tembereng ini juga terbagi
dua yaitu tembereng kecil dan tembereng besar seperti yang terlihat pada
gambar.
Tahap. 2 Talk (berdiskusi)
Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam kelompok
kecil yang beranggotakan 3-5 orang dalam satu kelompok. Siswa berdiskusi untuk
menemukan nilai π (phi) melalui percobaan mengukur keliling 4 buah uang logam
dengan ukuran yang berbeda.
2.
Menentukan Nilai π (phi)
π adalah
perbandingan keliling lingkaran terhadap diameter lingkaran dalam menemukan
nilai π kita dapat menggunakan sudut lingkaran yaitu dalam bentuk derajat ( 0
) dan radian.
10 = satu putaran penuh
Sudut pusat lingkaran ( 1 putaran penuh) = radian
=
2 π radian
Jadi, 3600 = 2 π radian
1800 = π radian
= = 57,2960
π
=
π
= 3,141506
Cara lain
menemukan nilai π (phi) yaitu dengan melakukan kegiatan berikut ini:
v Sediakan minimal 4 lingkaran berlainan
ukuran beserta panjang diameter dan kelilingnya
Lingkaran
|
Diameter
|
Keliling
|
Keliling lingkaran
diameter
|
i
ii
iii
iv
|
35 cm
20 cm
12,7
cm
9 cm
|
110
cm
62,86
cm
39,9
cm
28,29
cm
|
3,143
3,142
3,143
3,143
|
v Nilai rata-rata untuk dapat ditentukan
sampai 2 angka dibelakang koma dan hasilnya mendekati 3,14. Sehingga nilai
percobaan tersebut menunjukkan pada kita bahwa nilai perbandingan = π (konstanta).
Tahap. 3 Write (menulis)
Pada tahap ini siswa menuliskan kembali hasil diskusi
pada tahap 2 sebagai latihan dan aplikasi
3.
Menghitung besaran-besaran pada lingkaran
a) Menghitung keliling lingkaran
Keliling lingkaran adalah
panjang garis lengkung yang membatasi bidang lingkaran. Setiap lingkaran
memiliki nilai perbadingan yang sama atau tetap yang disebut π, karena = π, maka K = πd. Karena panjang diameter adalah 2 kali
jari-jari atau d =2r maka :
Contoh soal :
Diketahui sebuah lingkaran
memiliki jari-jari 28 cm,
hitunglah keliling lingkaran tersebut !
Penyelesaian :
Dik : r =
28 cm
Dit : K =
…. ?
Jawab : K = 2 πr
K =
2 x x 28
K =
176 cm
Jadi, keliling lingkaran adalah 176 cm.
b) Menghitung luas lingkaran
Luas lingkaran adalah luas daerah yang
dibatasi oleh daerah yang dibatasi oleh keliling. Untuk menemukan luas
lingkaran lakukan kegiatan berikut:
1) Buatlah lingkaran dengan jari-jari 10 cm.
2) Bagilah lingkaran tersebut menjadi 12
bagian sama besar dan arsir satu bagian.
3) Bagilah lingkaran tersebut menjadi 12
juring dengan sudut pusat 300 seperti pada gambar disamping.
4) Bagilah salah satu juring yang tidak
diarsir menjadi dua sama besar.
5) Gunting lingkaran besarta 12 juring
tersebut
6) Atur potongan-potongan juring dan susun
setiap juring sehingga mirip persegi panjang seperti terlihat pada gambar
disamping
Setelah
lingkaran dibagi menjadi juring-juring dan dipotong sehingga mendekati persegi
panjang yang panjangnya sama dengan setengah keliling lingkaran (3,14 x 10 cm = 31,4 cm) dan lebarnya sama
dengan panjang jari-jari lingkaran (10 cm), jadi luas lingkaran dengan panjang
jari-jari 10 cm
= luas persegi panjang dengan P = 31,4 cm da L = 10 cm yaitu luas persegi
panjang = P x l
=
31,4 x 10
=
314 cm
Dengan demikian dapat dituliskan : luas lingkaran ( L ) = π x r x r
= π r2
Karena r = d, maka l = π ( d)2
=
π (d2)
Contoh soal :
Diketahui
sebuah ban mobil berbentuk lingkaran memiliki diameter 56 cm. Hitunglah luas
permukaan ban mobil tersebut.
Penyelesaian :
Dik :
diameter (d) = 56 cm
Dit :
luas (L) = ……..?
Jawab : L = d2
L = (56)2
L = (3136)
L = 784 cm
Jadi, luas ban mobil adalah 784 cm
c) Panjang busur, luas jaring dan luas
tenbereng.
1. Pemegang busur merupakan bagian dari
lingkaran panjang busur = x keliling lingkaran
Contoh soal:
Perhatikan gambar dibawah ini,
diketahui panjang jari-jari OA= 10
cm jika besar sudut AOB = , hitunglah panjang busur AB.
Penyelesaian:
Dik :
Jari-jari (r) = 10cm
:
AOB =
Dit :
Panjang busur AB ?
Jawab:
=
=
=
10, 47 cm
Jadi, panjang busur AB adalah
10, 47 cm.
2. Luas jaring merupakan bagian dari luas
lingkaran
Luas juring =
=
Contoh Soal:
Pada gambar lingkaran dibawah
ini diketahui jari-jari lingkaran 7
cm jika besar sudut , hitunglah luas jaring dari lingkaran tersebut
Penyelesaian :
Dik :
jari-jari (r) = 7
AOB = 1200
Dit : Luas juring = …… ?
Jawab : Luas juring = x luas lingkaran
= x πr2
=
=
=
51,3
3. Luas tembereng adalah daerah yang dibatasi
oleh tali busur dan busur. Untuk menemukan rumus luas tembereng perhatikan
gambar lingkaran berikut.
Misalkan kita akan menentukan luas tembereng ADB. Langkah-langkahnya:
1.
Tentukan luas
juring L ADB
2.
Cari panjang apotema
3.
Tentukan luas segitita LAB
4.
Luas tembereng ADB
= luas juring L ADB – luas segitiga LAB
Contoh soal:
Pada gambar di
samping terlihat sebuah lingkaran M dengan jari-jari 4 cm, jika PQ = 4 cm tentukanlah. Luas
tembereng PRQ.
Penyelesaian :
Dik : jari-jari (r) = 4 cm
= 4 cm
Dit : luas tembereng PRQ = …….
?
Jawab : Luas
tembereng PRQ = luas juring MPRQ – luas Δ MPQ perhatikan Δ MPQ
PM = QM = 4 cm (jari-jari
PQ = 4 cm, berarti PM = QM = PQ dan
Δ MPQ adalah Δ sama sisi dengan demikian PMQ = 600
Luas juring MPRQ = πr2
=
x 3,14 x (4)2
=
x 3,14 x 16
=
8,37
Perhatikan Δ MPQ
PQ = QM = PM = 4 cm
MS PQ, maka
PS = SQ
PS = ½ PQ = ½ (4) = 2 cm
PM2 = PS2 + SM2
SM2 = 42 – 22
SM2 = 16 – 4
SM = cm
Luas Δ MPQ = ½ x PQ x SM = ½ x 4 x cm2
=
2 x cm2
=
6,92
Jadi, luas tembereng PRQ = 8,37 – 6,92 cm2
= 1,45 cm2
C.
Teori Belajar yang Mendukung
Salah satu teori yang mendukung dalam penelitian ini adalah teori belajar
Brunner. Pendekatan Bruner
terhadap teori belajar didasarkan ata 2 asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa
perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Bruner yakin bahwa
siswa yang belajar berinteraksi dengan lingkungan secara aktif. Perubahan tidak
hanya terjadi dilingkungan, tapi juga dalam diri siswa. Asumsi kedua adalah
bahwa siswa yang mengkonstruksikan pengetahuannya dengan menghubungkan
informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya.
Bruner mengungkapkan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang
berlangsung hampir bersamaan, ketiga proses itu adalah : (1) memperoleh
informasi baru, (2) transformati informasi, dan (3) menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan. Hampir semua siswa melalui penggunaan tiga sistem
keterampilan untuk menyatakan keterampilan-keterampilan secara sempurna. Ketiga
sistem keterampilan disebut Bruner dengan istilah tiga cara
penyajian yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik.
1)
Enaktif yaitu cara
penyajian melalui tindakan (motorik), jadi bersifat manipulatif. Dengan cara
ini seorang siswa mengetahui selalu aspek dari suatu kenyataan tanpa
menggunakan pikiran atau kata-kata.
2)
Ikonik didasarkan atas perilaku internal. Pengetahuan
disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tapi tidak
mendefenisikan sepenuhnya konsep itu.
3)
Simbolik yang didasarkan pada sistem pemikiran abstrak
dan lebih fleksibel. Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa.
Setelah teori belajar Bruner, salah satu teori belajar
yang mendukung lainnya adalah teori belajar dari Piaget,
dengan ide utamanya yaitu:
1.
Pengetahuan tidak diberikan dalam bentuk jadi (final),
tetapi siswa membentuk pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan
lingkungannya, melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
penyerapan informasi baru ke dalam pikiran. Akomodasi adalah penyusunan kembali
struktur kognitif karena adanya informasi baru, sehingga informasi itu
mempunyai tempat.
2.
Agar pengetahuan diperoleh, siswa harus beradaptasi dengan
lingkungannya.
3.
Pertumbuhan intelektual merupakan proses terus menerus
tentang keadaan ketidaksetimbangan dan keadaan setimbang.
Tyler dalam Bansu, Ansari merinci pembelajaran dengan
teori ini yaitu: (1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
gagasan dengan bahasanya sendiri, (2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir tentang pengalamannya, sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif,
(3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4)
Memberikan pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki
siswa, (5) Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, (6)
Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Menurut teori ini belajar adalah
keterlibatan anak secara aktif membangun pengetahuannya melalui berbagai jalur,
seperti membaca, berpikir, mendengar, berdiskusi, mengamati dan melakukan
eksperimen terhadap lingkungan serta melaporkannya.
D.
Penelitian yang Relevan
a. Mufidatun Afriyani (2010), Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta, dengan
judul: “Penerapan strategi Think-Talk-Write
(TTW) sebagai upaya peningkatan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran
matematika pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sentolo, Kabupaten Kulonprogo.”
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa
dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan strategi Think-Talk-Write mengalami peningkatan yaitu skor nilai rata-rata
kelas tes siklus I sebesar 9,46 dengan kualifikasi cukup pada tes siklus II
diperoleh skor nilai rata-rata kelas sebesar 74,87 dengan kualifikasi baik. Dan
berdasarkan hasil wawancara dengan guru menyatakan bahwa pembelajaran melalui
strategi TTW siswa dapat lebih mudah dalam menyelesaikan masalah matematika.
b. Ana Marlina (2006) dengan judul:
“Pembelajaran matematika dengan strategi Think-Talk-Write
(TTW). Dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII-H
SMP Negeri 15 Bandung.” Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-H SMP
Negeri 15 Bandung sebanyak 39 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran matematika dengan strategi Think-Talk-Write
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Sebelum tindakan
sebagai refleksi awal diberikan tes berbentuk uraian kepada siswa dan didapatkan
persentase kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 71,3% serta belum memenuhi
kriteria yang ditetapkan yaitu 85%. Pada siklus I persentase kemampuan berpikir
kritis siswa yaitu 78,9% berarti mengalami peningkatan sebesar 7,6%. Pada
siklus II persentasenya menjadi 81,5% yang kemudian pada siklus III persentase
kemampuan berpikir kritis siswa menjadi 87,7% berarti mengalami peningkatan
sebesar 6,2%.
c. Prasetya Adhi Nugroho (2010) jurusan
pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Yogyakarta dengan judul: “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan
Pemecahan Masalah Matematika siswa SMP melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think-Talk-Write (TTW).” Subjek
penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 4 Depok yang berjumlah 36
siswa. Berdasarkan hasil observasi kemampuan komunikasi matematika siswa pada
siklus I yaitu 56,94% pada siklus II meningkat menjadi 63,2%. Sedangkan
kemampuan pemecahan masalah diperoleh dengan persentase 3,125% pada siklus I
meningkat menjadi 71,25% pada siklus II. Dan tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran (TTW) sebesar 66,53% pada siklus I dan 66,94% pada siklus II,
keduanya pada kriteria baik.
E.
Kerangka Berpikir
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar siswa adalah
adanya perkembangan kemampuan berpikir siswa. Keberhasilan siswa dalam memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi dapat ditingkatkan melalui penggunaan
strategi pembelajaran yang cocok dalam proses belajar mengajar. Peneliti
beranggapan strategi yang paling cocok
adalah strategi pembelajaran Think-Talk-Write.
Dimana strategi ini dimulai dari bagaimana siswa memikirkan penyelesaian suatu masalah,
kemudian diikuti dengan mengkomunikasikan hasil pemikirannya dan akhirnya melalui
diskusi siswa dapat menuliskan kembali hasil pemikirannya
tersebut.
Dalam strategi
pembelajaran Think-Talk-Write ini open-ended task bertujuan untuk mendorong
siswa berpikir kreatif, bekerjasama
dengan teman dalam menjawab tugas, dan menyadari bahwa soal dapat diselesaikan
dengan banyak cara. Selain itu, strategi Think-Talk-Write
ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu mempercepat kemahiran siswa dalam menyikapi dan memberikan kesempatan
kepada siswa mendiskusikan bagaimana
cara penyelesaian suatu masalah.
Oleh karena itu, strategi
pembelajaran Think-Talk-Write akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa
karena dalam pembelajaran ini siswa dituntut agar mampu menggali potensi yang ada
pada dirinya, mengeluarkan ide-idenya dan mengasah otak siswa agar terus dapat meningkatkan proses
berpikirnya.
Adapun kerangka berpikir dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 12. Kerangka berpikir
F.
Hipotesis Tindakan
Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.
Pembelajaran
dengan strategi Think-Talk-Write dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa di kelas VIII SMP
Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012.
2. Pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write
dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa di kelas VIII
SMP Negeri 6 Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012.
3. Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran matematika dengan strategi pembelajaran Think-Talk-Write sudah efektif.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 6
Siabu yang beralamat di Jl. Mangaraja Hamonangan Nst, Kecamatan Siabu Kabupaten
Mandailing Natal.
2. Waktu Penelitian
Penelitian
ini direncanakan mulai dari surat penelitian diterima sampai dengan berakhirnya
penelitian.
B.
Jenis Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Sedangkan model pembelajaran
yang digunakan adalah strategi pembelajaran Think
– Talk – Write untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
C.
Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek
penelitian ini adalah siswa Kelas VIII
SMP Negeri 6 Siabu dengan jumlah siswa
37 orang, yang terdiri dari 20 orang siswa perempuan dan 17 orang siswa laki-laki.
2. Objek Penelitian
Objek yang
diamati dalam penelitian ini adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
dan aktivitas siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran Think – Talk – Write pada pokok bahasan lingkaran di SMP Negeri 6
Siabu Tahun Pelajaran 2011-2012.
D.
Desain Penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yang direncanakan selama dua siklus,
untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mengikuti
pelajaran matematika dan apabila indikator belum tercapai maka akan dilanjutkan
dengan siklus ketiga, prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat
dilihat pada skema berikut:
Gambar 3.1 Skema Penelitian Tindakan Kelas
E.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang direncanakan dengan
dua siklus, masing-masing siklus terdiri
dari 4 tahap yaitu planning (perencanaan), action (pelaksanaan), observation
(pengamatan) dan reflection (refleksi).
1.
Siklus Pertama
a. Perencanaan
Perencanaan dalam penelitian ini meliputi :
1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum
untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan
menggunakan strategi pembelajaran Think – Talk – Write.
2) Membuat rencana pembelajaran Think – Talk – Write
3) Membuat lembar kerja siswa
4) Membuat instumen yang digunakan dalam
siklus PTK
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran
b. Pelaksanaan (acting)
a) Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok
b) Menyusun
materi pelajaran
c) Diberikan materi diskusi
d) Salah satu
kelompok dari kelompok
diskusi mempresentasikan hasil kerja
kelompok
e) Hasil diskusi ditulis dalam bentuk laporan
f) Siswa
diberikan kesempatan untuk memberi tanggapan
g) Membuat kesimpulan secara bersama-sama
h) Melakukan observasi
c. Pengamatan (observation)
a) Peneliti mengamati situasi kegiatan
belajar mengajar
b) Peneliti mengamati kegiatan guru dalam
menerapkan strategi pembelajaran
c) Peneliti mengamati kemampuan siswa dalam diskusi
kelompok
d. Refleksi (reflecting)
Tim peneliti melakukan
refleksi terhadap pelaksanaan siklus pertama dan menyusun rencana (planning)
untuk siklus kedua.
2.
Siklus Kedua
1) Perencanaan (planning)
Tim peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil
refleksi pada siklus pertama
2) Pelaksanaan (planning)
Guru melaksanakan pembelajaran
Think – Talk – Write berdasarkan
rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama.
3) Pengamatan (observation)
Tim peneliti (guru dan
kolaborator) melakukan pengamatan terhadap kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan Think –
Talk – Write.
4) Refleksi (reflecting)
Tim peneliti melakukan
refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan menganalisa serta membuat
kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran Think
– Talk – Write dalam menggunakan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pokok bahasan.
F.
Sumber Data
Sumber data
dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yakni siswa, guru, dan teman
sejawat serta kolaborator.
a. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang
peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam proses belajar mengajar
b. Guru
Untuk melihat peningkatan
kemampuan berpikir siswa dengan
menggunakan strategi pembelajaran Think – Talk – Write
c. Teman sejawat dan kolaborator
Teman sejawat dimaksudkan
sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif, baik
dari sisi siswa maupun guru.
G.
Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik pengumpul data
1) Tes dipergunakan untuk mengumpulkan data
tentang kemampuan berpikir kreatif siswa sebagai hasil belajar.
2) Wawancara dipergunakan untuk mengetahui
permasalahan pembelajaran sebelum penelitian dan pendapat siswa dan koborator
tentang strategi pembelajaran think-talk-write.
3) Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan
data tentang tingkat keberhasilan siswa dan guru.
b. Alat pengumpul data
1) Tes
Tes
merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang
kemampuan berpikir siswa sebagai hasil belajar. Tes yang disusun terdiri dari
soal yang berbentuk essai. Tes yang akan diujikan berjumlah 5 soal setiap
siklus yang akan diujikan pada saat pembelajaran.
Sebelum
instrumen diujikan terlebih dahulu divalidkan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
(1) Validitas tes
Validitas
tes adalah tingkat ketelitian tes untuk
dapat memenuhi fungsinya dalam menggambarkan aspek yang diukur dengan tepat atau teliti. Sebuah tes
dikatakan valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Untuk
menguji validitas digunakan rumus derajat hubungan antar variabel dengan rumus
:
Keterangan
:
: Koefisien
korelasi antara variabel x dan variabel y
N : Jumlah responden
X : Skor perbutir soal
Y : Skor total
XY : Hasil kali skor x dengan y untuk setiap responden
∑ : Tanda jumlah
(Arikunto, S. 2009:72)
Untuk mendefenisikan keberartian untuk semua item, harga tersebut dikonversikan
sehingga kriteria r produk moment dengan kriteria jika rhitung >
rtabel maka tes dikatakan valid.
(2) Reliabilitas tes
Reliabilitas
tes adalah tingkat keterandalan
(kepercayaan) suatu tes. Untuk menghitung
reliabilitas tes digunakan rumus kuder dan Richarson atau K-K. 21 :
Keterangan :
: Reliabilitas
tes secara keseluruhan
N : Banyak siswa
M : Mean atau rerata skor total
St2 : Varians total
Dengan kriteria :
0,00 – 0,20 = kurang
0,21 – 0,40 = cukup
0,41 – 0,70 = baik
0,71 – 1,00 = sangat baik
(Arikunto.S,
2009:103)
(3)
Daya
Pembeda
Daya pembeda digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu tes untuk membedakan antara siswa
pandai dengan siswa yang tidak pandai statistik yang digunakan untuk menguji
daya beda adalah uji dengan rumus statistik sebagai
berikut :
Dengan keterangan :
D : Besarnya daya pembeda
BA : Jumlah peserta kelompok atas yang
menjawab benar
BB : Jumlah peserta kelompok atas yang
menjawab salah
JA : Banyaknya peserta kelompok atas
JB : Banyaknya subjek kelompok bawah
PA =
= Proporsi peserta
kelompok atas yang menjawab benar
PB =
= Proporsi peserta
kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi
daya beda tes dengan kriteria sebagai berikut :
D = 0,0 sampai 0,20 = jelek
D = 0,21 sampai 0,40 = cukup
D = 0,41 sampai 0,70 = baik
D = 0,71 sampai 1,00 = sangat
baik
(Arikuntp.S,:2009:208)
(4) Taraf kesukaran
Taraf
kesukaran dapat dihitung dengan rumus :
P =
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan
benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi
taraf kesukaran dengan kriteria :
0,00 ≤ P < 0,30 = soal sukar
0,30 < P < 0,70 =
soal sedang
0,70 < P 1,00 = soal mudah
(Arikuntp.S:2009:210)
2) Observasi Aktivitas Siswa
Hal yang
diamati adalah aktivitas siswa selama pembelajaran. Teknik ini menuntut adanya
pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
objek penelitian. Instrumen yang digunakan adalah lembar pengamatan atau
observasi. Tujuan observasi aktivitas siswa adalah untuk melihat aktivitas
siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
3) Observasi Kemampuan Guru
Hal yang
diamati pada observasi guru adalah penguasaan guru terhadap strategi
pembelajaran Think-Talk-Write yang
diterapkan selama pembelajaran.
4) Wawancara
Menggunakan
panduan wawancara untuk mengetahui
pendapat siswa dan teman sejawat tentang
strategi pembelajaran Think-Talk-Write.
H.
Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk
memperoleh makna dari data yang dikumpulkan. Untuk mengolah data pada penelitan
ini penulis menggunakan teknik dengan langkah-langkah berikut:
a. Menghitung (harga rata-rata) dari tiap
variabel dengan menggunakan rumus:
MT + i
Keterangan :
MT = mean terkaan
∑ =
jumlah hasil kali frekuensi dengan deviasi duga
i
= interval kelas
N = jumlah siswa
b. Menghitung simpangan baku
Menghitung simpangan baku dari
setiap data dengan menggunakan rumus :
SD =
Keterangan :
SD = standar deviasi (simpangan
baku
i = interval kelas
∑ = jumlah hasil frekuensi dengan deviasi duga
N = jumlah siswa
Hasil
belajar dilihat dengan menganalisis
nilai rata-rata setiap siklus
selama penelitian dan akan diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel. 2 Tingkat Penguasaan Nilai
No
|
Skor Mentah
|
Kualifikasi Nilai
|
1
|
90 – 100
|
Sangat baik
|
2
|
80 – 89
|
Baik
|
3
|
65 – 79
|
Cukup
|
4
|
55 – 64
|
Kurang
|
5
|
0 – 54
|
Sangat kurang
|
(W. Nur Kencana,1986:80)
Pengolahan hasil tes dilakukan dengan menggunakan
persamaan :
Dengan PPN adalah
persentase perolehan Nilai.
Hasil belajar siswa dilihat dengan menganalisa nilai rata-rata
ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, rendah, dan
sedang.
c. Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa
Analisis data pengelolaan
observasi ini diperoleh dari kegiatan pembelajaran Think-Talk-Write dengan ketentuan sebagai berikut:
Skor 1 = kurang
Skor 2 = cukup
Skor 3 = baik
Skor 4 = sangat baik
Berdasarkan aktivitas-aktivitas siswa yaitu frekuensi setiap aspek
pengamatan dibagi dengan jumlah
frekuensi semua aspek pengamatan x 100% atau persentase aktivita siswa:
Persetase aktivitas siswa =
d. Analisis Data
Kemampuan Guru
Data dianalisis dengan menghitung
rata-rata setiap aspek dari beberapa pertemuan yang dilaksanakan, selanjutnya
nilai rata-rata tersebut direfleksikan dengan kriteria sebagai berikut:
Skor 1 = kurang
Skor 2 = cukup
Skor 3 = baik
Skor 4 = sangat baik
I.
Indikator Kinerja
Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator kinerjanya selain
siswa adalah guru, karena guru merupakan fasilitator yang sangat berpengaruh terhadap kinerja siswa.
a. Siswa
1) Tes : rata-rata nilai kemampuan berpikir siswa
2) Observasi
: keaktifan siswa dalam proses
belajar mengajar
b. Guru
1) Dokumentar : kehadiran siswa
2) Observasi
: hasil observasi
J.
Indikator Keberhasilan Siswa
Sebagai tolak ukur
keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari:
1. Meningkatnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan pokok bahasan yang ditandai
dengan tingkat kelulusan belajar siswa
mencapai minimal 75% siswa telah
memperoleh rerata tes minimal 65.
2. Tolak ukur kinerja guru yang berkaitan
dengan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yaitu minimal 75% skenario
pembelajaran yang dibuat telah dilaksanakan dengan benar
3. Meningkatkan kemampuan berpikir siswa yang
ditandai dengan keberanian siswa dalam merespon dan menanggapi pertanyaan,
keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar. Hal ini dapat diketahui dari lembar observasi siswa
dengan persentase minimal mencapai 75% dari aktivitas siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. (2009),
Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Ansari, Bansu. (2009), Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi.
Banda Aceh: Yayasan Pena Banda Aceh Divisi Penerbitan.
Arikunto, Suharsimi.
(2009), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Dalyono,M. (2005), Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono.
(2006), Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Kunandar. (2010), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Rajawali Press.
Nuharini, Dewi. (2008), Matematika Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Pramudya, Ahmad. (2006), Menumbuhkan Kematangan Berpikir.
Jakarta: Edsa Mahkota.
Sagala, S. (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta
Slmeto, (2010), Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Yamin,M dan Ansari, Bansu.
(2008), Taktik Mengembangkan
Kemampuan Individual Siswa. Jakarta:
Gaung Persada Press